Mohon tunggu...
Lis Liseh
Lis Liseh Mohon Tunggu... Apoteker - Apoteker/Pengajar

Apoteker dan Pengajar di Pesantren Nurul Qarnain Jember | Tertarik dengan isu kesehatan, pendidikan dan filsafat | PMII | Fatayat NU. https://www.facebook.com/lis.liseh https://www.instagram.com/lisliseh

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Peran Hormon Terhadap Perkembangan Emosi Remaja (Puteri)

29 Desember 2018   16:18 Diperbarui: 29 Desember 2018   16:55 1219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perkembangan emosi Menurut Kamus Psikologi, adalah keadaan yang terangsang dari organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang sifatnya mendalam untuk mencapai kematangan emosi. Masa remaja merupakan puncak emosionalitas (perkembangan emosi yang tinggi), dan pertumbuhan fisik, terutama organ reproduksi yang mempengaruhi berkembangnya emosi dan dorongan baru yang dialami sebelumnya, seperti perasaan cinta, rindu, dan keinginan untuk berkenalan lebih dekat dengan lawan jenis.

Kematangan emosi merupakan proses pribadi individu secara tetus menerus berusaha mencapai suatu tingkatan emosi yang sehat, baik secara intrafisik maupun interpersonal. Individu yang secara emosional telah matang dapat menentukan dengan tepat kapan dan sejauhmana dirinya perlu terlibat dalam suatu masalah sosial serta dapat turut memberikan jalan keluar atau pemecahan yang diperlukan.

Karakteristik perkembangan emosi pada remaja 

Masa remaja penuh dengan ketegangan emosi yang meninggi akibat perubahan fisik, tekanan sosial, dan selama masa kanak-kanak kurang mempersiapkan diri. Sehingga ketidakstabilan emosi berdampak pada penyesuaian diri terhadap pola perilaku baru dan harapan sosial baru. Berikut berbagai bentuk emosi yang biasa terjadi pada masa remaja awal:

  • Amarah, meliputi brutal, ngamuk, marah, jengkel, kesal hati, tersinggung, bermusuhan, kekerasan, hina, jijik, muak, mual.
  • Malu, meliputi rasa bersalah, kesal, menyesal, hina, aib, dan hancur lebur.
  • Kesedihan, meliputi pedih, muram, melankolis, mengasihani diri, kesepian, ditolak, putus asa, dan depresi.
  • Ketakutan, meliputi cemas, gugup, khawatir, waswas, waspada, ngeri, panik, dan fobia traumatik.
  • Kenikmatan, meliputi bahagia, gembira, puas, senang, terhibur, bangga, kenikmatan indrawi, takjub, terpesona dan maniak.
  • Cinta, meliputi penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan, rasa dekat hati, bakti, hormat, kasmaran, dan kasih sayang.

Faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi pada remaja

  1. Perubahan jasmani, ditunjukkan dengan pertumbuhan yang sangat cepat dari anggota tubuh dan stimulasi hormon.
  2. Pola interaksi dengan orang tua, pola asuh ortu sangat berpengaruh pada perkembangan emosi remaja (otoriter, memanja, acuh, penuh kasih sayang, dll). Pemberontakan terhadap ortu menunjukkan remaja berada dalam konflik batin dan ingin melepaskan diri dari pengawasan ortu.
  3. Perubahan interaksi teman sebaya, membentuk geng. Melawan otoritas, melakukan perbuatan tidak baik atau bahkan kejahatan bersama hingga hubungan cinta dengan lawan jenis yang menyimpang.
  4. Perubahan pandangan luar, sikap dunia luar atau masyarakat terhadap remaja sering tidak konsisten, menerapkan nilai-nilai yang berbeda untuk remaja laki-laki dan perempuan.
  5. Perubahan interaksi di sekolah, sering berinteraksi dengan hal yang bertentangan dengan dirinya menimbulkan idealisme untuk mengubah linkungannya. Kecewa timbul akibat ketidakmampuannya merubah lingkungan agar sesuai dengan kemauannya, akhirnya menyendiri merasa tidak ada yang peduli. Sebaliknya, jika remaja merasa dipenuhi kebutuhannya, ia akan berkembang ke arah yang positif.

Peran Hormon dalam Perkembangan Emosi

  1. Progesteron, berperan pada siklus menstruasi dan ovulasi. Menyebabkan rasa tidak nyaman saat mens (perut kembung, nyeri perut dan payudara, jerawat dan perubahan mood yang ekstrem).
  2. Estrogen, berperan pada siklus mens, kehamilan, dan menyusui. Penurunan produksinya menyebabkan siklus mens tidak rutin, alat reproduksi kering, osteoporosis dan perubahan suasana hati.
  3. Testosteron, berperan pada pertumbuhan tulang, mengendalikan nyeri. Pada wanita sangat sedikit dibanding pada laki-laki.
  4. Endorfin, mengurangi rasa sakit, memicu perasaan senang, tenang, bahagia. Coklat dapat merangsang tubuh untuk memproduksi endorfin.
  5. Oksitosin, dikenal dengan hormon cinta. Berperan dalam respon emosi seperti: membangun ketenangan, kepercayaan, stabilitas psikologi. Meningkatkan perasaan positif dan kecakapan sosial. Berpelukan dapat meningkatkan oksitosin dalam darah.
  6. Serotonin, berperan pada stabilitas mood, saluran pencernaan, pembekuan darah, kepadatan tulang dan kematangan reproduksi.
  7. Dopamin,  memicu rasa senang saat jatuh cinta, motivasi, rasa percaya diri. Banyak terdapat di buah pisang, stoberi, plum, alpukat, bayam.

Perilaku Remaja yang Menyimpang

Perilaku menyimpang adalah semua tingkah laku yang menyimpang dari ketentuan yang berlaku dalam masyarakat menyangkut norma, agama, etika, sekolah dan keluarga. Berikut berbagai jenis perilaku menyimpang:

  1. Bersifat amoral/anti-sosial: tidak eduli, acuh, menarik diri.
  2. Melanggar hukum: berbohong, bolos, kabur, keluyuran, membawa benda tajam, gaya berpakaian yang berlebihan, berani pada ortu dan guru. Mencuri, berjudi, menipu, pemalsuan, aborsi, dll.

Remaja menjadi nakal karena belum mampu mengontrol emosi dan mengekspresikannya dengan cara yang diterima masyarakat. Konsep diri negatif membuat remaja cerderung melanggar peraturan dan norma, akhirnya berpengaruh pada perkembangan kematangan psikologisnya, rentan frustasi, labil, konflik batin, perasaan rendah diri, yang terburuk memicu bunuh diri. Perbuatan positif memicu remaja dalam prestasi dan produktivitas.

Untuk menjadi remaja yang baik, mulailah mengelola kematangan emosi. Yaitu dengan melatih pengendalian diri, kemandirian, penerimaan diri yang tinggi, memahami emosi dan diarahkan pada tindakan positif, belajar bertanggungjawab atas tindakan yang diambil. Jangan lari dari kenyataan. Menghindari masalah atau menunda pekerjaan hanya akan melahirkan masalah baru. Kemalasan dan ketergantungan hanya akan memperpanjang penderitaan. Kerjakan apa yang dapat dikerjakan, jangan hanya mengeluhkan hal yang tak bisa dikerjakan. Tetap semangat!

*Materi ini disampaikan pada Ekstrakurikuler Kelas Kesehatan MA Nurul Qarnain Sukowono-Jember.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun