Mohon tunggu...
Lisa Selvia M.
Lisa Selvia M. Mohon Tunggu... Freelancer - Literasi antara diriku, dirimu, dirinya

Anti makanan tidak enak | Suka ke tempat unik yang dekat-dekat | Emosi kalau nemu hoaks

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Suka Duka Ketika Pencoblosan

10 Mei 2019   08:50 Diperbarui: 10 Mei 2019   09:22 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana pada saat mengantri pencoblosan (dok. penulis)

"Kami sudah menyerahkan foto kopi KTP, tetapi petugas TPS menolak karena foto kopi KTP harus diperbesar 100 %, sementara hari libur mana mungkin ada tempat foto kopi buka ?" 

Peristiwa pencoblosan

Bulan April kemarin merupakan hari yang mendebarkan buat saya, terutama hari pencoblosan. Biasanya saya tidak terlalu peduli dengan pesta demokrasi, tapi tgl 17 April 2019 kemarin saya benar-benar melakukannya dengan hati yang gembira. Karena ini adalah pesta, jadi wajar harus dirayakan dengan perasaan senang. Pagi hari saya sudah dibangunkan oleh orang tua saya, walau baru tidur. Maklum, bisa dibilang saya termasuk komunitas yang bela-belain bangun pagi demi mencoblos pilihan tersayang, padahal baru tidur dua atau tiga jam.

Bangun pagi langsung cuci muka dan sikat gigi. Saya berangkat ke TPS tanpa mandi, yang penting wangi dan sudah berdandan rapih. Keluarga saya sudah berkumpul, bahkan PRT saya dan anaknya juga sudah datang demi mencoblos. Tidak ada sekat-sekat antara kami, malah kami sempat was-was karena sang anak terlambat datang. Beberapa kali kami menanyakan posisi dia sudah ada di mana ? Ketika dia sampai langsung kami giring ke TPS walau jari kelingking kami sudah bertinta ungu. Di sana pun kami berfoto-foto dengan petugas TPS.

Karena keluarga kami sudah menempati rumah ini sudah puluhan tahun, wajar kami sangat "terkenal". Setelah menghabiskan waktu  berfoto kesana-kemari di tempat pencoblosan, yah karena salah satu petugas TPSnya agak "nge-fans" dengan saya (Harap maklum, saya termasuk selebriti tingkat RT), kami pulang dengan riang gembira. Selanjutnya langsung membagikan keriaan di TPS hari ini di media sosial dan melanjutkan tidur yang tertunda.

Bangun tidur, saya tidak terlalu berharap jagoan saya akan menang di TPS saya. Karena pada saat Pilkada, BTP jagoan saya keok di sini. Oleh karena itu tidak terlalu antusias akan hasilnya. Ketika saya hendak keluar mau mencari makan, saya "terdampar" di salah satu tempat tongkrongan di warung tetangga terdekat. Kami mengobrol tentang pencoblosan tadi.

Para tetangga saya ini sudah tidak tinggal di sini, tetapi KTP mereka masih terdaftar di sini. Demi memilih jagoan mereka pulanglah ke daerah domisili KTP. Ada yang menginap, ada yang langsung pulang, intinya ada banyak pengorbanan mereka demi menunaikan hak mereka. Kebetulan mereka adalah pemilih paslon 01 garis keras, sama dengan saya, jadi bertukarceritalah kami. Dugaan saya mengenai hasil di TPS ini ternyata benar, Paslon 02 yang menang.

Mengalirlah pembicaraan, bahwa mereka merasa dicurangi pada saat mau memilih. Kebetulan mereka terlihat akan memilih paslon #01. Pertama, ada keluarga yang pada saat Pilkada kemarin mendapat surat suara semua, tetapi pas sekarang hanya satu orang saja yang menerima. Kedua pada saat ke TPS, mereka sudah menyerahkan foto kopi KTP dan menunjukkan Kartu Keluarga akan tetapi ditolak oleh petugas dengan alasan foto kopi harus diperbesar 100 %, tidak boleh foto kopi biasa.

Langsung keluar protes dari mereka, mana mungkin mencari tempat foto kopi yang buka pada hari pencoblosan alias libur. Tapi petugas tidak menggubris keluhan mereka. Dengan hati kecewa mereka pulang ke rumah masing-masing, sambil menahan rasa kesal tapi tidak tahu mau dilampiaskan ke siapa.  Mereka emosi, sudah meluangkan waktu, tenaga bahkan uang untuk kembali ke tempat asal KTP mereka.

Untunglah ada salah satu warga kami, sebutlah Pak Haji menghadap ke petugas TPS. Entah apa yang dibicarakan, intinya mereka dipersilahkan memilih akibat beliau menghadap. Itu juga menit-menit terakhir. Dengan segera mereka ke TPS untuk menyalurkan suara akibat setelah diinfokan kabar baik ini. Coba bayangkan kalau Pak Haji tidak menghadap ke petugas TPS, tentu banyak suara-suara yang tidak bisa disalurkan.

Dengar-dengar dari tetangga saya, di RT kami memang 01 satu bukanlah favorit. Karena di sini sering ada pembagian sembako dari salah satu partai pendukung 02. Tapi hal ini saya tidak melihat dengan mata kepala sendiri, hanya mendengar saja. Jadi tidak etis kalau hanya dari kabar angin, harus ada bukti dan saksi kuat. Jika dilihat dari alat peraga kampanye memang partai pendukung 02 sangat kuat bahkan banyak mempunyai panggung utama di wilayah kami.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun