US Transgender Survey (USTS) Â adalah survey terbesar dari sisi jumlah responden untuk mendapatkan informasi tentang pengalaman transgender di Amerika pada tahun 2015.
Responden berjumlah 27,715 dari 50 negara bagian dan juga meliputi District Colombia, American Samoa, Guam, Puerto Rico, serta basis militer US di luar negeri. Survey USTS bersifat anonim dengan metode online untuk transgender usia 18 tahun ke atas.Â
Hasil dari penelitian menunjukan informasi yang cukup detil tentang pengalaman transgender pada berbagai sektor termasuk pendidikan, pekerjaan, kehidupan keluarga, kesehatan, perumahan, dan interaksi dengan sistem peradilan. Hasil penelitian dapat dibaca di sini dan berikut rangkumannya sebagaimana di bawah.
Mayoritas responden yang dianggap transgender di sekolah mendapatkan jenis-jenis perlakuan kekerasan di sekolah termasuk secara verbal dilecehkan (54%), kekerasan secara fisik (24%), pelecehan seksual (13%), dan 17% sampai keluar sekolah karena perlakuan tersebut.
Sebanyak 30% responden yang bekerja yang kemudian mengekspresikan identitas gendernya dipecat, dibatalkan promosinya dan juga mengalami beberapa perlakuan kekerasan yang lain di tempat kerja seperti secara fisik dan seksual di tempat kerja.
Temuan survey menunjukkan kesenjangan ekonomi yang lebar antara transgender dan penduduk pada umumnya di Amerika. Hampir sepertiga (29%) hidup dalam kemiskinan dibandingkan dengan (14%) pada warga Amerika pada umumnya.Â
Responden juga tidak memiliki rumah tinggal, hanya 16% responden memiliki rumah dibandingkan dengan 63% penduduk Amerika. Dan hampir sepertiga (30%) responden mengalami situasi gelandangan (tidak ada tempat tinggal).
Dari sisi kesehatan, sebanyak 39% responden mengalami situasi psikologis yang serius pada bulan sebelum mereka melengkapi hasil survey dibandingkan hanya 5% dari penduduk US. Temuan yang menyedihkan juga, 40% responden pernah mengalami percobaan bunuh diri, hampir sembilan kali rata-rata dari penduduk di US (4.6%).
Responden juga mengalami perlakuan diskriminatif di layanan kesehatan. Sebanyak 33% yang mengakses layanan kesehatan mengalami perlakukan diskriminatif bahkan ditolak karena identitas gendernya. 23% tidak pergi ke layanan kesehatan karena takut mengalami perlakuan diskriminatif dan 33% tidak pergi ke layanan karena tidak mampu.
Dari sisi dokumen identitas (ID), 11% responden melaporkan nama dan jenis kelamin mereka sesuai dengan yang diharapkan. Sedangkan 68% nama dan jenis kelamin mereka tidak sesuai yang diharapkan.Â
Biaya untuk mengubah informasi di ID adalah kendala utamanya. 35% tidak mengubah identitas mereka. Sedangkan 32% tidak mengubahnya karena tidak mampu.