Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan dengan kekayaan ekosistem pesisir yang luar biasa, salah satunya adalah hutan mangrove. Hutan mangrove memiliki fungsi ekologis yang sangat penting, mulai dari menjaga garis pantai dari abrasi, menjadi habitat bagi berbagai jenis ikan dan burung, hingga menyerap karbon dalam jumlah besar. Di tengah upaya pelestarian alam yang semakin digalakkan, wisata berbasis ekologi atau ekowisata menjadi tren baru yang tidak hanya menawarkan keindahan alam, tetapi juga membawa misi edukasi dan pelestarian lingkungan. Salah satu contoh nyatanya adalah Taman Mangrove Pangkal Babu yang terletak di pesisir Kuala Tungkal, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Provinsi Jambi.
Taman Mangrove Pangkal Babu kini menjadi primadona wisata baru di wilayah pesisir Jambi. Ramainya kunjungan masyarakat, tidak hanya dari dalam kota Kuala Tungkal, tetapi juga dari daerah-daerah lain di Jambi bahkan luar provinsi, menunjukkan bahwa destinasi ini memiliki daya tarik yang luar biasa. Kehadiran taman ini menjadi bukti bahwa kawasan pesisir tidak hanya berpotensi sebagai wilayah perikanan, tetapi juga sebagai tempat wisata edukatif yang mendukung pembangunan berkelanjutan. Di balik pepohonan bakau yang rindang dan jembatan kayu yang mengular di atas perairan, tersimpan potensi besar untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya menjaga alam.
Taman Mangrove Pangkal Babu dibangun sebagai kawasan konservasi dan pariwisata yang menyatu. Dengan luas yang terus dikembangkan, kawasan ini menawarkan panorama alam yang menenangkan. Jalur tracking dari papan kayu membelah lebatnya hutan bakau, menciptakan suasana yang cocok untuk bersantai, berjalan-jalan, hingga berburu foto estetik. Pengunjung disambut dengan udara yang segar khas pesisir, serta suara alam yang menenangkan dari desir angin, kicauan burung, dan riak air. Di beberapa titik, tersedia gazebo dan menara pandang yang memungkinkan wisatawan menikmati pemandangan dari ketinggian.
Daya tarik utama Taman Mangrove Pangkal Babu tidak hanya terletak pada keindahan alamnya, tetapi juga pada nilai edukatifnya. Pengunjung dapat belajar langsung tentang berbagai jenis pohon mangrove, fungsi ekologisnya, serta cara penanaman mangrove sebagai bagian dari upaya pelestarian lingkungan. Program edukasi seperti ini sangat penting, terutama bagi anak-anak dan pelajar, agar mereka tumbuh dengan kesadaran akan pentingnya menjaga ekosistem.
Selain aspek lingkungan, taman mangrove ini juga berdampak positif bagi ekonomi masyarakat sekitar. Sejak kawasan ini mulai dikenal luas, warga lokal mulai membuka berbagai usaha seperti warung makan, kedai kopi, penyewaan perahu, hingga toko cendera mata. Bahkan, sebagian warga terlibat langsung sebagai pemandu wisata, penjaga kebersihan, maupun pengelola taman. Hal ini membuktikan bahwa pengembangan wisata alam tidak hanya berkontribusi pada pelestarian lingkungan, tetapi juga dapat menjadi motor penggerak ekonomi berbasis masyarakat.
Namun, meningkatnya jumlah pengunjung juga membawa tantangan tersendiri. Pengelolaan sampah, pengawasan terhadap perilaku pengunjung, serta pemeliharaan fasilitas menjadi perhatian utama. Bila tidak dikelola dengan baik, keramaian justru dapat merusak ekosistem mangrove yang sangat sensitif. Oleh karena itu, perlu ada sinergi antara pengelola, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam menjaga kelestarian taman ini. Edukasi kepada pengunjung juga penting agar mereka tidak hanya datang untuk berwisata, tetapi juga ikut bertanggung jawab menjaga kebersihan dan ekosistem taman mangrove.
Taman Mangrove Pangkal Babu bukan sekadar destinasi wisata, tetapi juga simbol sinergi antara pelestarian alam dan pengembangan ekonomi masyarakat. Dengan pengelolaan yang berkelanjutan dan kesadaran lingkungan dari semua pihak, taman ini bisa menjadi contoh sukses ekowisata berbasis masyarakat. Sudah seharusnya kita menjaga kawasan ini, bukan hanya sebagai tempat rekreasi, tapi juga warisan alam bagi generasi mendatang.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI