Mohon tunggu...
Lisa Putri Fransisca
Lisa Putri Fransisca Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

membaca untuk membunuh waktu

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Mengenal Trauma Bonding, Hubungan Tidak Sehat?

14 Juni 2022   22:20 Diperbarui: 14 Juni 2022   22:56 670
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Istilah “trauma bond” akhir-akhir ini banyak muncul. Tapi apa itu ikatan trauma? Bagaimana kita membentuknya, dan apakah itu nyata? Tulisan ini akan membahas semua yang perlu Anda ketahui tentang ikatan trauma.

Ikatan trauma adalah fenomena psikologis yang terjadi antara dua orang dalam hubungan yang kasar. Pengalaman traumatis bisa berupa pelecehan fisik, emosional atau mental—apa pun yang membuat korban merasa terancam dan terpaksa tinggal bersama pelakunya.

Istilah "ikatan trauma" pertama kali diciptakan oleh Patrick Carnes, Ph.D., penulis "Out of the Shadows: Understanding Sexual Addiction." Dia menjelaskannya sebagai berikut: "Ikatan trauma terbentuk ketika satu orang menggunakan kekuatannya atas orang lain untuk menciptakan kepercayaan untuk melecehkan orang itu secara emosional, fisik, atau seksual."

Langkah pertama untuk memutuskan ikatan trauma adalah mengenali apa sebenarnya ikatan itu dan bagaimana cara kerjanya pada tingkat individu. Setelah Anda memahami sifatnya dengan lebih baik, Anda akan dapat mengidentifikasi apakah hubungan Anda telah dipengaruhi oleh fenomena ini dan akhirnya memutuskan apakah meninggalkan pasangan Anda akan menjadi yang terbaik untuk Anda baik secara mental maupun fisik.


Bagaimana Trauma Bonds Terbentuk?
Kebanyakan orang yang mengalami trauma juga pernah mengalami sesuatu yang traumatis. Misalnya, jika Anda mengalami pelecehan seksual sebagai seorang anak, kemungkinan pelaku Anda juga menggunakan pelecehan seksual untuk mengendalikan Anda. Hal yang sama berlaku untuk serangan fisik: pelaku 

Anda mungkin mengancam akan menyakiti Anda atau orang lain jika Anda meninggalkan hubungan. Dalam kedua kasus tersebut, ancaman bahaya atau kekerasan yang berasal dari dalam hubungan itulah yang memungkinkan terjadinya ikatan trauma antara korban dan pelaku.

Ikatan trauma juga dapat berkembang dalam situasi di mana korban merasa tidak berdaya atau tidak berdaya ketika menghadapi ketakutan yang luar biasa—seperti terjebak dalam hubungan yang kasar atau terjebak di pesawat selama turbulensi! Sulit untuk tidak merasa seperti tidak ada yang bisa kita lakukan

 selain menunggu perasaan ini sampai keadaan tenang kembali di sekitar kita; namun ini hanyalah gejala lain dari otak kita yang berusaha sekuat tenaga agar kita tidak kewalahan oleh semua ketakutan yang datang pada kita sekaligus!

Jika Anda mengalami salah satu dari berikut ini, saatnya untuk meninggalkan situasi:
• Merasa takut ketika orang ini pergi atau tidak ada.
• Mendambakan perhatian dan kasih sayang mereka.
• Merasa kosong saat mereka tidak ada.
• Mengatakan pada diri sendiri bahwa mereka bisa berubah jika saja Anda berusaha lebih keras.

Ikatan trauma adalah jenis hubungan di mana pasangan mengendalikan dan kasar. Hal ini dapat dilihat dalam kasus di mana pelaku kekerasan secara fisik, tetapi juga terjadi dalam skenario lain, seperti ketika ada taktik pelecehan emosional atau psikologis yang digunakan. Jenis ikatan ini sering disebut sebagai "terjebak", 

karena Anda merasa tidak dapat meninggalkan pasangan meskipun Anda ingin melakukannya. Adalah umum bagi orang-orang yang telah mengalami ikatan trauma untuk merasa bersyukur atas kehadiran pasangan mereka dalam hidup mereka terlepas dari sifat kasar mereka—sebuah fenomena yang dikenal sebagai sindrom Stockholm, di mana para korban mulai mengidentifikasi diri dengan penculik atau pelaku dengan mengadopsi beberapa sikap dan perilaku mereka. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun