Mohon tunggu...
Liraa Santosa
Liraa Santosa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Keperluan Menulis Artikel

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Belajar Matematika dengan Anak Disabilitas (Tuna Rungu)

3 Mei 2023   21:00 Diperbarui: 3 Mei 2023   21:01 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Belajar Matematika dengan Anak Disabilitas (Tuna Rungu)

(Lira Anggraeni Santosa, Penididikan Matematika UIN Sunan Gunung Djati)

Setiap anak memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan. Tanpa memandang kesempurnaan fisik, anak penyandang disabilitas juga mendapatkan hak belajar yang sama seperti anak-anak pada umumnya. Hak belajar anak disabilitas juga terjamin dalam UU RI Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 5 ayat (2) yang berbunyi “Warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus”.

Cara belajar anak disabilitas, khususnya anak tuna rungu sebenarnya tidak berbeda jauh dengan anak-anak pada umumnya. Hanya saja, dalam penyampaian materi itu tidak boleh disampaikan dengan terlalu cepat karena mereka memerlukan proses untuk memahami bahasa dan gerak tubuh dari orang lain.

Dalam belajar matematika, anak tuna rungu sama pintarnya dengan anak-anak yang lain. Mereka bisa menyelesaikan persoalan matematika dengan baik dan benar walau membutuhkan waktu yang lebih dalam menyampaikan materi sampai anak tersebut mampu memahami materinya.

Uniknya, cara belajar matematika yang mereka lakukan adalah perlu adanya bantuan alat peraga atau benda nyata. Karena, ketika kita menyebutkan suatu benda atau hal lainnya yang mungkin belum mereka ketahui bentuk dan jenisnya, mereka akan berpura-pura mengtahui dan membayangkan bentuk benda yang mungkin berbeda dengan yang kita maksud

Alat peraga atau benda nyata ini khususnya diperlukan dalam menyelesaikan soal cerita. Seperti studi pendahuluan yang pernah saya lakukan di salah satu Sekolah Luar Biasa (SLB) sebelumnya, seorang guru memberikan contoh persoalan matematika yang memerlukan benda nyata seperti ini.

“Ibu meminta Nisa untuk membeli  butir telur dan 3 tepung terigu untuk membuat kue. Setelah Nisa pulang ke rumah, ternyata telur yang dibutuhkan itu sebanyak  telur. Lalu, Ibu meminta Nisa untuk membeli lagi telur sebanyak  butir. Di perjalanan pulang, Nisa tidak sengaja menjatuhkan  telur sampai pecah. Apakah telur yang dibutuhkan Ibu sudah cukup? Jika tidak, berapa butir telur yang masih Ibu butuhkan?”

Jika anak tidak mengetahui bentuk telur dan tepung terigu, maka mereka akan fokus untuk bertanya apa dan bagaimana bentuk telur dan tepung terigu itu sehingga, guru perlu membawa telur dan tepung terigu untuk kemudian diperlihatkan kepada siswanya.

Namun, jika ada benda yang mungkin sulit untuk dibawa oleh guru, maka siswa akan diminta untuk mencari gambar serupa di internet dengan arahan dari gurunya.

Referensi:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun