Mohon tunggu...
Ayu Safitri
Ayu Safitri Mohon Tunggu... Konsultan - Trainer dan Konsultan Homeschooling

Penulis dan Trainer untuk http://pelatihanhomeschooling.com/ Ikuti saya di Instagram https://www.instagram.com/missayusafitri/ Ikuti saya di Facebook https://www.facebook.com/missayusafitri Tonton dan subscribe VLOG saya http://bit.ly/apaituhomeschooling

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

USBN "Zaman Now", Apa Bedanya dengan US "Zaman Old"?

19 Januari 2018   15:54 Diperbarui: 19 Januari 2018   19:29 7462
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pagi ini saya dikejutkan dengan postingan kemdikbud.ri di Instagram tentang pelaksanaan USBN 2018. Sebenarnya postingannya sudah kemarin pagi sih, tapi saya baru sempat buka Instagram tadi setelah beberapa hari berkutat dengan kerjaan baru. Nih, saya lampirkan postingannya di sini.


Postingan ini dapat respon beragam dari follower kemdikbud.ri. Ada yang heran kenapa harus ada soal esai, ada yang mengkritisi kenapa harus semua mapel diujikan untuk SMA, padahal masih ada UN dan SBMPTN yang juga menjadi perhatian mereka.

Salah satu komentar datang dari niluhsriyani yang menyatakan sistem ujian akhir yang mengandalkan hafalan ini hanya akan menghasilkan manusia robot.

screenshot pribadi
screenshot pribadi
Saya setuju dengan ungkapan akun niluhsriyani karena menghafalkan tergolong dalam kemampuan kognitif tingkat rendah. Tidak ada proses berpikir, menganalisa, merefleksi apalagi mengevaluasi di sana. Asal Anda tahu ya, istilah robot itu berawal dari bahasa Ceko 'robota' yang berarti pekerja atau kuli yang tak mengenal lelah/bosan.

Meski tak mengenal bosan dan lelah, bukan berarti mereka hebat. Karena tindakan dari robot ini diawasi dan dikontrol oleh yang menciptakannya. Mereka tak mampu berpikir, apalagi membuat keputusan. Inilah yang kita takutkan. Kalau sistem ujian akhir yang hanya mengasah kemampuan hafalan dan menjadikan nilai dalam selembar kertas menjadi satu-satunya tujuan dalam menempuh pendidikan.

Karena pada akhirnya anak-anak tak lagi memandang ilmu sebagai sesuatu yang bisa dinikmati. Mereka dibentuk sejak menjalani pendidikan dasar hanya untuk mengejar nilai bagus dan ijazah. Kemudian, diiming-imingi bekerja di kota, bergabung dengan perusahaan besar dengan penampilan parlente dan berlibur ke luar negeri tiap tanggal merah atau mampu mencapai target.

Ini Zamannya USBN

Ujian akhir zaman now jelas berbeda dengan model ujian saya di zaman old. Dulu waktu sekolah, ujian akhir yang paling populer adalah Ujian Akhir Nasional untuk menentukan kelulusan dan Ujian Akhir Sekolah untuk menentukan pencapaian dan kompetensi kita di tiap mata pelajaran.  Lalu, apakah sekarang masih sama?

Kurang lebih sama, hanya saja nama dan modelnya sedikit lebih rumit. Untuk jenjang SMP dan SMA/K secara umum akan ada 2 jenis ujian akhir, yakni UN/UNBK dan USBN. Sedangkan, untuk jenjang SD akan ada USBN dan US. Dalam tulisan ini, saya hanya fokus membahas pelaksanaan USBN 2018.

USBN adalah Ujian Sekolah Berstandar Nasional. Sebenarnya, USBN adalah penjelmaan dari US. Bedanya kalau USBN itu berstandar nasional, sedangkan US berstandar satuan pendidikan (sekolah).

Untuk jenjang SD, mata pelajaran yang diujikan dalam USBN adalah Bahasa Indonesia, Matematika dan IPA. Untuk program paket A, ketiga mapel tersebut ditambah IPS dan PKn. Prosedur pembuatan soalnya adalah 20-25% disiapkan oleh Pusat dan 75-80% disiapkan oleh guru atau KKG (Kelompok Kerja Guru).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun