Mohon tunggu...
Lintang Pualam
Lintang Pualam Mohon Tunggu... Guru - Puitis bukan hanya milik sang penyair

Lahir di Cilacap, kota indah dengan pantai yang membentang di sisi selatan pulau Jawa.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Welcome to Long Distance Relationship (3)

14 Juni 2021   22:07 Diperbarui: 14 Juni 2021   22:11 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar dari lifestyle kompas.com

Jalanan saat itu masih sepi karena masih terbilang terlalu pagi. Pukul 4.30 dini hari, masih terlalu awal untuk memulai aktifitas sekolah, ataupun bekerja. Sehingga jalanan terbilang cukup lengang, dan akupun tidak canggung memeluk suamiku di depan umum. Yang pada hari-hari biasa aku malu untuk menunjukannya di khalayak ramai, meski kita secara agama dan hukum sudah sah dinyatakan sebagai suami istri. Tetapi jika bermesraan cukup kita berdua dan Tuhan saja yang tahu.

Kita telah sampai di terminal, penumpang yang akan pergi bersama suamiku pun masih belum terlihat duduk di bangku-bangku tunggu. Mungkin karena jadwal keberangkatan di tiket masih 25 menit lagi, sehingga penumpang baru akan datang sebentar lagi. Aku turun perlahan dari atas motor, suamiku memarkirkan motornya tidak jauh dari bangku tunggu penumpang. Tidak berselang lama sekitar 5 menit setelah kita duduk menunggu, bis yang akan dinaiki suamiku pun datang. Tetapi kata sopirnya mau dibersihkan terlebih dahulu dan jadwal keberangkatan sesuai yang tertera dikarcis.

Penumpang satu per satu berdatangan, baik yang satu bis dengan suamiku atau berlainan. Bis yang sarat penumpangpun berdatangan dan perlahan menurunkan penumpangnya. Menjadikan terminal yang tadinya sepi kini menjadi semakin ramai oleh candaan dan guyonan penumpang. 

Kupandang sekeliling terminal dan tatapanku berakhir memandang Mas Dimas yang ternyata sedang memperhatikanku.

"Kenapa mas?" Tanyaku heran.

"Sebentar lagi ditinggal ya, duh istriku..." Mas Dimas mencubit pipiku gemas. Memang akhir-akhir ini berat badanku naik karena selalu disuruh makan terus oleh keluarga mendampingi suami, menyebabkan pipiku pun semakin gembil dan Mas Dimas suka sekali mencubiti pipiku, katanya menggemaskan.

Aku mencembikkan bibirku manja. "Hu um ditinggali terus, ditemenin cuma sebantar" ujarku kepada Mas Dimas.

"Ya namanya kerja de, buat siapa, buat nafkahin kamu juga kan?" Jawab mas Dimas.

"Iya" jawabku pendek.

"Kita kumpulin modal dulu ya de, biar bisa bareng terus sama-sama terus disini. Jangan sedih, aku akan selalu setia sama kamu." Mas Dimas mengelus rambut Kasih mesra.

Jam menunjukkan jam 5 kurang 5 menit, 5 menit lagi waktu pemberangkatan bis. Armada bis pun sudah siap sedia di depan bangku tunggu penumpang. Mas Dimas bersiap membawa barang bawaannya menuju bagasi bis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun