Mohon tunggu...
Lintang Pualam
Lintang Pualam Mohon Tunggu... Guru - Puitis bukan hanya milik sang penyair

Lahir di Cilacap, kota indah dengan pantai yang membentang di sisi selatan pulau Jawa.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Sawang Sinawang

21 Februari 2020   18:55 Diperbarui: 21 Februari 2020   18:55 452
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar dari darunnun.com

Ku lihat hidupmu sungguh bahagia. Iri hati ini melihatnya. Bergelimang harta, dikelilingi sanak saudara. Idaman nian rasanya.

Ku berkaca pada diriku. Siang malam banting tulang. Kerja keras bagai kuda. Hanya sedikit hasil ku dapat.

Berbeda... 

Sungguh berbeda ketika aku melihatmu. Kerjamu hanya sebentar, tak banyak kau keluarkan tenaga. Peluhpun tak sempat mampir ke keningmu. Namun, hasil yang kau dapat banyak berlimpah ruah, hingga ku kesulitan menghitungnya.

Beginikah jalan yang digariskan nasib?

Berliku, terjal, penuh kelak kelok?

Seolah menanjak gunung bermodal seutas tali. Berkali-kali jatuh. Berkali-kali terluka. Payah, lelah, setapak demi setapak ditempuh demi mencapai tujuan.

Disaat orang lain menanjak menggunakan lift. Mereka tinggal duduk bersantai. Minum teh nikmati pemandangan. Indah nian rasanya.

Haaaah beginikah hidup,,,

Walau demikian ku coba tetap bersyukur. Apapun hasil yang ku dapat. Walau sering gagal dan mengulang dari awal. Ku coba tetap bangkit. Ku jadikan jatuh bangun kehidupan sebagai pembelajaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun