Mohon tunggu...
Lintang Matahari
Lintang Matahari Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

JKT 41. JKT 28'15. Mein Traum ist es in Deutschland zu studieren. Meine Webseite - http://sternundsonne.wix.com/lintangmataharihasan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Fatin adalah Kupu-kupu XFI dan Musik Indonesia

9 Mei 2013   05:33 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:52 1540
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13681587371282459630

Membaca istilah matematika “Butterfly Effect” dalam teori “Chaos”, pikiranku melayang pada fenomena Fatin (baca: Fatin yang fenomenal).  Menurutku, Fatin dalam performa audisinya telah memberikan suatu kondisi awal perubahan kecil terhadap cara masyarakat “menikmati” musik di era komunikasi cepat yang kompleks. Seperti kupu-kupu yang terbang berkepak di kebun bunga yang luas. Walaupun demikian, kepakannya bahkan terasa sesudahnya. Dan makin terasa sesudahnya lagi. Sekarang kupu-kupu itu ada di 3 besar XFI. Sesuatu capaian yang tidak di duga di awal kepakannya. Dan di masa yang akan datang ...tentu akan berproses....dan terus berproses dengan hasil yang tidak akan mudah diduga.  Penampilan Fatin di audisi XFI dalam konteks kompleksitas global telah menjadi kepakan sayap kupu-kupu yang menarik untuk diteliti para periset beraliran sistem chaostic.

Dalam teori Chaos (lihat tentang detil uraian ini di Wikipedia atau tulisan ini), suatu gerak walau sekecil apapun akan menimbulkan dampak sangat besar di kemudian hari. Ini yang dikenal dengan istilah “butterfly effects”. Satu kepakan kupu-kupu di hutan amazon dapat menyebabkan terjadinya kumpulan awan besar di Arab. Dapat menyebabkan terjadinya banjir di China. Dapat menyebabkan kemacetan di Newyork. Dapat mendongkrak saham Sony dan lain-lainnya. Dan Fatin…? dengan “Grenade” nya pada audisi XFI, dalam perspektif ini, dapat menyebabkan sesuatu yang lain pula. Dapat menyebabkan industri musik Indonesia memiliki sejarah baru. Dapat diharapkan mengoncangkan musik dunia. Kenapa tidak? Lihat metrik grafik nextbigsound.com dari afhasani (di FaceBook-nya Fatinistic) tentang mention Fatin, Bruno Mars dan Rihanna, di bawah ini.

Mengacu pada teori chaos yang berkaitan dengan proses alam kompleks dan tidak terduga ini, fenomena Fatin layak dikedepankan untuk dikaji dan diteliti terhadap prediksi masa depan industri musik Indonesia karena apa yang disuguhkannya  telah memenuhi syarat bagi industri musik sebagai sebuah system yang tergantung dari kondisi awalnya.

Dalam teori Chaos ini pula beberapa pakar berpendapat bahwa mencampuradukkan segala hal yang ada dalam sebuah kondisi turbulence dan chaostik, akan melenyapkan batas-batas logika, batas antar ilmu pengetahuan, sehingga ilmu pengetahuan tidak lagi dilihat dalam objektivitas dan validitas kebenarannya, melainkan daya pesona, retorika dan keindahan. Fenomena Fatin adalah analoginya. Gara-gara dia, XFI menjadi kehilangan subject matter! kita tidak dapat lagi membedakan musik dari musikalitasnya. Kita dibuat tidak bisa menilai dari satu sudut pandang. Karena bila itu dilakukan pada fenomena Fatin, akan dihadang oleh sudut pandang yang lain dan kemudian disusul dengan yang lainnya lagi. Dan itu akan terus susul-menyusul menyebabkan sesuatu yang bersifat kacau (chaos). Inilah yang terjadi pada kompasianer Bang Choir yang berbalas komen TRS (Tommy Roy Sambora) berbalas lagi oleh TB (Toilet Bekas)  pada bagian komentar tulisanku sebelumnya: Pantaskah Mikha keluar dan Fatin Pantaskah Bertahan? Dikatakan beliau-beliau itu, kalau ada 100 alasan belain akan ada 1000 alasan lagi untuk kritikan. Lebih kacau lagi, dalam komen berikutnya membandingkan Fatin dengan Agnes. Wow…sungguh kacau!

Komen-komen itulah yang aku simpulkan sebagai kekacauan. Dan ketika kutelusuri di internet ternyata ada teorinya. Itulah “teori chaos”! Teori yang dapat memelencengkan segala hal dan tidak terduga. Musik yang sebelumnya merupakan penjelajahan dalam upaya menemukan jawaban tentang musikalitas, kini justeru menggali retorika, keindahan kata-kata, merambah pula ke ranah kajian feminisme, kajian budaya, dan kajian-kajian hebat lainnya. Ini bisa kita lihat dalam berbagai tulisan Kompasianer dengan berbagai komentarnya, yang kemudian dapat dikatakan sebagai suatu sistem chaostic (setidaknya menurut pemahamanku). Dan menurutku disinilah XFI memainkan perannya lewat fenomena Fatin. Dan menurut dugaanku teori chaos inilah yang cocok menguraikan faktor X. Menguraikan fenomena Fatin. Dan teori yang dapat digunakan untuk retorika prediksi ke masa depan musik Indonesia setelah kepakan "grenade" Fatin terbang berkeliling nusantara dan dunia lewat program RCTI. Youtube. Twitter dan lainnya.

Akhirnya, kepada seluruh Kompasianer, ane mohon dimaaf. Karena sesungguhnya ane hanya membaca kulit dari teori chaos yang ditemukan di internet. Kata lainnya, memang seharusnya ane lebih banyak belajar lagi!

Untuk Fatin dan Fatinistic: Selamat berjuang terus tuk menggapai sesuatu di masa depan musik Indonesia!

Salam Simfatin-foyah-ting!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun