Mohon tunggu...
Muhammad Rizal
Muhammad Rizal Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Sauh telah diangkat.. layar terkembang lebar. Peta telah dibaca. Bintangpun terang tergambar di kaki langit Kapten kapal berteriak putar haluan. Maka biarkan angin yg membawa bahtera ini kemana hendak berlayar.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kembalilah

15 Januari 2012   01:24 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:53 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ritual menantang pagi,
tak lebih dari sebatang rokok secangkir kopi tanpa imajinasi.
Dan bersenandunglah para pelacur hati.
Sajakku tentangmu dihapus gerimis pagi ini

Apa yang tersisa?
selacur jiwa?
selebur asa?
andaikata,

Seandainya telah seharga mati
membangkai busuk dalam tumpukan dimensi
ah, waktu tetap saja asyik berotasi
menapak kuat pada garis-garis sunyi

Hingar bingar kota hambar terasa
tanpamu, serumpun sepi bersinggasana
demi pagi yang telah bersumpah setia
masihkah ada yang tersisa?

malang, 15 januari.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun