Mohon tunggu...
Humaniora

Puan Mewajibkan Pendidikan Pancasila sebagai Kurikulum SD-Universitas

26 Juni 2017   16:00 Diperbarui: 26 Juni 2017   16:08 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siapa pun berharap pancasila hidup dan mendarah-daging dalam laku kehidupan masyarakat Indonesia. Sebagai laku hidup, Pancasila tak perlu hadir sebagai sesuatu yang terasa dipaksakan dari luar melainkan sesuatu yang terasa sebagai dorongan dari dalam. Bukankah sesuatu menjadi sebuah nilai atau norma yang hidup haruslah mampu diresapi kedalam batin masyarakat? Bukankah semula memang kita percayai melalui ujaran sejarah bahwa Soekarno mengambil inti sari pancasila melalui refleksinya atas kehidupan masyarakat Nusantara? Dengan kata lain, nilai-nilai itu bukan berasal dari luar yang jauh melainkan dari kebijaksanaan Nusantara, negerinya sendiri, tanahnya sendiri?

Tentu yang kita harapkan kemudian adalah inti sari dari spirit pancasila itu diterima dan diresapi sehingga menjadi pentuntun hidup masyarakat. Apa yang diperlukan adalah menguatkan pancasila bukan sekedar sebagai slogan yang dihafalkan melainkan dibatinkan. Apa arti dibatinkan, spirit itu harus menguat dalam darah dan dalam daging masyarakat. Apa yang diperlukan, tentunya suatu upaya yang bisa menguatkannya kedalam sebuah karakter, salah satunya melalui pendidikan.

Puan Maharani mengusulkan agar pendidikan Pancasila menjadi bagian dari kurikulum sekolah. Pancasila haruslah dipelajari dari tingkat SD sampai Universitas. Upaya, sebagaimana diusulkan oleh Puan Maharani, memang bukan hal yang baru. Dalam setiap lintasan sejarah pasca kemerdekaan, Pancasila memang seringkali digemakan untuk dipelajari. 

Masa-masa yang paling terlihat menonjol dimana pancasila itu diajarkan adalah di masa rezim orde baru. Pancasila diperkenalkan melalui apa yang disebut 'P4'. Tapi yang cela dari proses itu, rezim orde baru memperkenalkannya dengan cara-cara yang kurang elegan. Ada pemaksaan termasuk pada proses tafsir atas Pancasila. Tentu itu menyebabkan pancasila dicurigai sebagai alat penguasa untuk menundukkan lawan-lawan politiknya atau siapapun yang hendak mengganggu langgengnya kekuasaan sang rezim pada waktu itu.

Tentu Puan Maharani tidak ingin mengulang sejarah itu. Tak ada keinginan untuk memposisikan pancasila sebagai ideologi yang kebal atas kritik. Puan Maharani berharap pancasila bisa diresapi bukan sekedar jadi hafalan. Melalui pendidikan, tentu dengan pola yang nanti perlu dipikirkan, seluruh pelajar dari SD hingga Universitas bisa mengenal dan meresapi setiap semangat dari pancasila. Semangat ini tentu sejalan dengan upaya pemerintah yang telah membentuk Unit Kerja Presiden Pemantapan Ideologi Pancasila (UKP-PIP) yang diantaranya ada Yudi Latief.

Penegasan ini disampaikannya dalam sebuah pertemuan di ruang Banggar DPR RI (8/6/2017). Dia mengatakan: "Mulai tahun ini Pancasila jadi kurikulum wajib SD sampai universitas," (jengpatrol.id, 9/6/2017).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun