Mohon tunggu...
Lintang Aji Yoga Pratama
Lintang Aji Yoga Pratama Mohon Tunggu... Programmer - Mahasiswa di UIN Walisongo Semarang

Just a kid that want to share their knowledge.

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Mana yang Kamu Pilih: Jadi Generalis atau Spesialis?

14 Mei 2021   14:00 Diperbarui: 14 Mei 2021   14:00 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Mengutip buku karya Malcolm Gladwell yang berjudul Outliers: The Story of Success, terdapat suatu aturan terkenal tentang bagaimana cara untuk menjadi ahli pada satu bidang. "The rule says to become world-class at anything, you have to put in 10.000 hours of practice", yang kemudian dikenal sebagai 10.000-hour rule. Aturan tersebut menyatakan bahwa untuk dapat menjadi ahli atau spesialis dalam bidang tertentu membutuhkan waktu sekitar 10.000 jam dengan pelatihan yang efektif dan benar.

Pendapat tersebut kemudian menuai kritik dari berbagai kalangan, salah satunya seorang psikolog di Florida State University yang hasil penelitiannya dipakai oleh Malcolm dalam bukunya. Ia menyatakan bahwa pendapat tersebut tidak sepenuhnya benar. Ia pun menyatakan bahwa Malcolm terlalu sederhana dalam menyimpulkan hasil risetnya.

Pendapat lain muncul dari David Epstein, seorang penulis buku Range: Why Generalists Triumph in a Specialized World. Di dalam bukunya, David berpendapat bahwa pada kondisi dunia serba digital seperti saat ini, menjadi seorang generalis memiliki banyak sekali keuntungan.

Topik tentang perbedaan pendapat antara seorang generalis dan spesialis ini memang tidak ada habisnya. Kemudian, muncul suatu pertanyaan. "Mana yang lebih baik? Menjadi seorang generalis atau spesialis?". Jawabannya mungkin sedikit klise, namun sebenarnya kedua hal tersebut tidak ada yang tidak baik, tergantung bagaimana pandangan seseorang memandang kedua hal itu.

Menurut kamus Merriam-Webster (terj,), generalis adalah seseorang yang memiliki pengetahuan tentang banyak subjek. Itu artinya, seorang generalis memiliki banyak sekali pengetahuan dan pengalaman mengenai berbagai bidang dan topik namun tidak memiliki pengetahuan mendalam terhadap bidang tersebut.

Seorang generalis mungkin dapat dengan mudah beradaptasi terhadap banyak bidang keilmuan karena banyaknya kemampuan dan referensi yang ia punya. Namun, jika dilihat dari segi profesionalitas, seorang generalis akan mengalami kesulitan untuk mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan tertentu. Di ranah industri, seorang generalis mungkin akan mudah tergantikan oleh orang lain.

Sedangkan, dikutip kembali dari kamus Merriam-Webster (terj.), spesialis adalah seseorang yang memiliki pengetahuan dan keterampilan yang spesial berkatian dengan pekerjaan dan area kelimuan tertentu.

Orang yang masuk dalam kelompok ini memiliki kualitas dan jam terbang yang tinggi dalam suatu bidang keilmuan tertentu. Ia menginvestasikan banyak waktunya untuk menekuni satu bidang agar menjadi hebat di bidang tersebut, sejalan dengan 10.000-hour rule milik Malcolm. Sosok spesialis akan sangat dicari karena permintaan pasar dan kemampuannya yang tidak dimiliki orang banyak, hal tersebut memungkinkan seorang spesialis memiliki 'harga' yang tinggi dalam bidangnya.

Terlepas dari semua kelebihan yang dimiliki seorang spesialis, mereka memiliki fleksibilitas yang terbatas. Mungkin mereka hebat dalam bidang tertentu, namun jika ia dibutuhkan untuk menangani isu di bidang lain, ia tidak mengetahui hal tersebut karena memang spesialisasinya bukan ada di bidang itu.

So, What's the best? Apa yang harus dipilih? Jawaban terbaiknya, mengkombinasikan keduanya. Mengutip dari situs Cleverism, pada masa mendatang orang akan lebih tertarik dengan pendekatan yang berbeda, yaitu generalizing-spesialist dan specialist-generalizing.  Mengawali menjadi seorang generalis kemudian memperdalam pengetahuan pada satu bidang tertentu atau mengawali menjadi spesialis yang ahli dalam satu bidang yang spesifik kemudian mebambah pengetahuannya dalam banyak bidang yang berbeda. Mungkin sekilas tampak tidak ada bedanya, namun perbedaannya terletak pada tingkat prioritasnya. Hal itu kembali kepada masing-masing individu yang akan menjalaninya.

Dengan memiliki kedua sifat tersebut--spesialis dan generalis, Seseorang akan menjadi lebih fleksibel dan siap untuk menghadapi kesempatan dan tantangan yang ada di depannya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun