Mohon tunggu...
Karina Lin
Karina Lin Mohon Tunggu... profesional -

Seorang manusia biasa yang suka menulis. Mencintai dan hidup untuk menulis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

JPO dan Anak-anak Kita

28 Juni 2015   14:08 Diperbarui: 28 Juni 2015   14:08 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Suatu Jumat pagi menjelang siang di akhir bulan April 2015, Jalan Ahmad Yani di Bandar Lampung dipadati oleh kendaraan beroda empat dan dua. Dapat dimaklumi status jalan yang kira-kira berlebar 20-25 meter itu, yakni jalan protokoler di Tanjung Karang dan Bandar Lampung. Dan berdirilah saya disitu – di trotoar sisi kiri dari jalan tersebut.

Rencananya saya hendak ke Perpustakaan Daerah (perpusda) Lampung dan disitulah saya menunggu BRT (bus ijo hasil proyek gagal pemkot kota saya)  rute Korpri-Sukaraja, yang dalam trayeknya melewati Perpusda Lampung di Jalan Wolter Monginsidi. Saya tidak sendiri nangkring di trotoar itu guna menunggu BRT. Ada banyak siswa SMP dan SD yang juga ngumplek di trotoar yang sama.

Menjelang waktu Sholat Jumat, kondisi semakin ramai – begitupun jumlah siswa SMP dan SD yang pulang sekolah dan nangkring di trotoar. Jalanan pun semakin macet, cet. Mungkin speedometer mobil dan motor yang berlalu lalang di Jalan Ahmad Yani – kala itu hanya mentok di angka 0-5 saja. Saya sendiri tak terlalu acuh. Bagi saya, sudah biasa jalanan ini dilanda macet alias pamer paha (padat merayap tanpa harapan) di hari Jumat nan syahdu.

Saya sibuk mencari tempat teduh karena, duilee teriknya mentari bisa bikin gosong kulit dan memproduksi bulir-bulir keringat tanpa henti. Otomatis bodi menjadi amit-amit bau. Disitu ada jembatan penyeberang orang (JPO). Masih muda usia JPO itu, kalau nggak salah dibangun sekira akhir tahun 2013 deh dan proses pembangunan itu dilakukan di malam hari. Lho, dari mana saya tahu ?

Kebetulan pada tahun JPO itu dibangun, saya masih ngekost di Jalan Ahmad Yani dan letak kost-an saya – hanya berjarak kurang lebih 10 meter dari JPO. Jadi saya bisa melihat atau bekennya saksi mata pembangunan JPO tadi.

Mencari tempat teduh, saya putuskan berdiri di bawah JPO yang ada bayangannya. Saya cuek saja walau ada anak-anak SMP juga berkumpul disitu. Fokus saya kepada si BRT. “Kenapa lama sekali sih ?!” Umpat saya dalam hati. Bahkan setelah hampir 30 menit, si BRT masih belum tampak juga.

Di tengah suasana reseh ini – mata saya teralihkan oleh lelaku dua bocah SD. Bocah yang satu mengenakan seragam kaus olahraga; dan bocah kedua  mengenakan seragam pramuka; serta kedua bocah ini berjenis kelamin cowok. Saya nggak sempat bertanya kelas berapa kepada mereka berdua. Lantaran saya kadung dibuat kesal dan prihatin dengan apa yang mereka lakukan.

Beberapa menit kemudian – saya lihat keduanya memegang seperti pita kaset di tangan mereka. Pita kaset itu lantas mereka ikatkan pada sebuah plastik berisi es batu. Sepertinya plastik es batu itu bekas minuman limun atau sari tebu.

Tak lama setelah diikat, pita kasetnya putus. Wajarlah. Tapi yang bikin saya penasaran ialah tujuan dua siswa SD tadi melakukan hal itu. Jangan-jangan… Maka bertanyalah saya kepada seorang di antara mereka, “Dek, kok plastiknya diikat ? Memang mau buat apa ?”

Kedua siswa itu tidak menjawab, hanya mendongak saja. Akhirnya saya tanya lagi, “Mau buat main ya ? Dijatuhkan dari atas (JPO) ?” Mereka berdua menggangguk dengan senyum gembira.

Astaga ! Saya berguman dalam hati dan spontan melarang mereka melakukan itu. “Jangan !” Kata saya. “Kamu berdua main begitu membahayakan orang. Kalau kamu menjatuhkan kantung itu ke tengah jalan dari atas (JPO) terus pengendara mobil yang kena jadi kaget dan ngerem mendadak, bisa terjadi tabrakan beruntun lho,” Lanjut saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun