Mohon tunggu...
lin istianah
lin istianah Mohon Tunggu... Guru - Guru PAUD

Yuk saling sharing pengalaman. Saya guru PAUD dari Pamekasan Madura

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Antara orang tua dan film kartun?

1 April 2018   15:03 Diperbarui: 1 April 2018   15:33 436
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada perkembangan zaman yang sudah era ini, sudah banyak berbagai alat elektronik yang berkembang. Tidak ada yang tidak mengetahu berbagai macam alat elektronik tersebtu, tidak terkecuali pada anak usia dini. Anak-anak sudah mengenali berbagai macam alat elektronik seperti handphone, ipad, laptop atau televisi. Televisi merupakan sesuatu yang sudah tidak bisa lepas dari kehidupan setiap orang, tidak terkecuali pada anak-anak. 

Bahkan karena terlalu asyik menonton tv, mereka lupa untuk belajar, makan atau mandi. Atau terkadang ada dari mereka yang tidak mau makan jika tidak sambil menonton tv. Lalu acara seperti apa yang mereka tonton? Salah satunya yaitu film kartun yang sudah menjadi makanan sehari-hari anak-anak. Namun bukan hanya anak kecil yang menyukainya, sampai orang dewasa pun masih banyak yang menyukainya.

Lawan terbesar orang tua atau guru ialah kartun. Mengapa? Karena terkadang seorang anak tidak mau menuruti perintah orang tuanya. Mereka lebih mengikuti apa yang sudah mereka tonton dalam film kartun.

Lalu apakah kita sadar, tidak semua film kartun baik untuk perkembangan psikologi anak. Terdapat beberapa acara kartun yang tidak baik dalam perkembangan anak. Seperti kartun. Kartun naruto menceritakan seorang ninja remaja yang sangat berambisi ingin menjadi hokage terhebat. Disitu ia diceritakan sebagai seorang yang kuat dan pantang menyerah. 

Namun, dalam kartun ini juga menceritakan bagaimana perjuangan seorang naruto dengan adegan-adegan yang tidak patut dipertontonkan pada anak usia dini. Seperti adanya adegan perkelahian, pukul-pukulan, bahkan pembunuhan.

Setiap naruto mengalami pertarungan dengan ninja lainnya, dia selalu menggunakan jurusnya yang berbeda-beda. Karena sering anak-anak menonton acara kartun ini, mereka sampai hafal berbagai jurus yang digunakan naruto dalam pertarungannya. Lalu apakah itu baik untuk psikologi anak? Tentu tidak, mengapa?

Seorang anak yang sudah hafal dengan berbagai jurus yang digunakan naruto untuk bertarung, akan mereka tirukan dengan memukul atau berkelahi dengan temannya. Mungkin memang niat mereka hanya bercanda untuk menirukan gaya naruto, namun jika itu dibiarkan, akan berdampak negatif terhadap perkembangan psikologi anak. Mereka tidak mengetahui perbuatan mereka itu benar atau tidak.

Contoh kartun lainnya seperti shiva. Menceritakan seorang anak kecil lelaki yang sangat kuat, tangguh, dan pemberani dalam melawan suatu kejahatan. Dalam kartun ini, shiva selalu membantu polisi untuk memecahkan suatu masalah kejahatan, namun secara psikologi film itu tidak baik untuk perkembangan anak. Mengapa? Bukankah dalam kartun ini shiva seorang anak yang baik? Memang, shiva seorang anak yang baik. Dalam kartun ini shiva selalu menggunakan sepedanya dalam menangkap seorang penjahat, namun yang dipermasalahkan disini, imajinasi yang ditimbulkan terlalu berbahaya bagi anak.

Dengan sepedanya, shiva mampu untuk terbang, meloncati gunung, melewati jurang dan menggunakan sepedanya dengan kecepatan yang tinggi. Dengan adanya imajinasi seperti itu, anak akan menirukannya. Mereka bisa saja menggunakan sepeda dengan kecepatan yang tinggi agar terlihat keren seperti shiva, padahal mereka tidak tau dampak negatif dari perbuatan mereka. Lalu apa yang bisa kita lakukan? Sedangkan film kartun sudah menjadi konsumsi sehari-hari anak.

Disini seorang pendidik atau guru dan orang tua memiliki peran penting. Kita tidak mungkin melarang mereka secara langsung untuk tidak menonton kartun. Mereka pasti akan bertanya-tanya mengapa aku tidak boleh menonton film kartun? Sedangkan teman-teman aku yang lain boleh saja. Atau bahkan ada yang sampai melawan dan menangis jika tidak diperbolehkan menonton film kartun. 

Orang tua harus bisa memilih mana tontonan yang cocok untuk anaknya. Jangan berfikir karena ini film kartun pasti cocok untuk anak-anak, jangan seperti itu. Kita harus menjadi orang tua yang cerdas, kita lihat dulu kartun itu cocok apa tidak untuk perkembangan anak saya, kartun ini terdapat adegan-adegan negatifnya apa tidak. Sehingga jika kita sudah mengetahui bagaimana isi suatu cerita kartun tersebut, kita bisa mengantisipasinya ketika anak akan menontonnya, seperti dengan mengalihkan perhatiannya dengan hal-hal yang positif, misalnya kita ajak bermain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun