Mohon tunggu...
lin istianah
lin istianah Mohon Tunggu... Guru - Guru PAUD

Yuk saling sharing pengalaman. Saya guru PAUD dari Pamekasan Madura

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sering Mengancam Anak? Lihatlah Dampak Negatifnya

10 November 2017   13:16 Diperbarui: 10 November 2017   14:44 1692
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto: shutterstock.com

Terkadang kita pernah berfikir mengapa anak kita sering tidak mendengarkan omongan kita? mereka sering menghiraukan perintah atau perkaatan kita. itu bukanlah salah mereka, lalu salah siapa? salah kita! mengapa?

Tanpa kita sadari kita sebagai orang tua sering kali mengancam anak tanpa adanya konsekuensi tegas yang kita lakukan terhadap perilaku negative yang anak kita lakukan. kita hanya memberikan mereka ancaman jika mereka melakukan sesuatu hal yang negatif, tetapi kita tidak memberikan konsekuensi yang tegas pada mereka yang melakukan hal negarif. mengapa? mungkin karena kita terlalu sibuk dengan pekerjaan kita atau terlalu sibuk dengan orang lain. tanpa kita sadari, ancaman yang kita berikan justru membuat anak terus untuk melakukan hal negatif itu, jika kita tidak bertindak tegas untuk memberikan konsekuensi pada anak. jangan hanya memberikan ancaman saja, kita juga harus memberikan tindakan yang tegas pada anak.

Misalnya, anak kita ajak untuk bermain di suatu tempat bermain, disitu anak melempar-lempar mainannya pada temannya, lalu sang ibu mengancamnya "dek, gaboleh ya lempar-lempar mainan gitu sama temannya" lalu sang ibu balik lagi mengobrol dengan ibu-ibu yang lain. yang pasti anak akan tetap melanjutkan kegiatannya melempar-lempar mainannya pada temannya.

Lalu apa yang yang harus kita lakukan? boleh kita mengancam anak, namun kita juga harus tegas memberikan konsekuensi pada perilaku anak yang negatif. misalnya kita katakan "dek, kalo masih lempar-lempar mainnya ke temen, mama ajak kamu pulang loh ya" nah, disitu ibu jangan hanya mengancam pada anak, tapi kita harus bisa memegang omongan yang telah kita lontarkan pada anak. 

Jika sang anak tetap melempar-lempar mainannya pada temannya, ajak mereka pulang sesuai dengan ancaman yang telah kita lontarkan tadi terhadap anak. jangan hanya ancaman-ancaman saja, tetapi harus tetap adanya konsekuensi yang dan tegas yang kita berikan pada anak, sehingga anak mendengarkan betul nasihat atau ucapan dari sang ibu.

Hindari kata-kata yang sering kita ucapkan seperti "kalau adek masih melempar mainan itu sama temannya, mama ajak adek pulang" nah ancaman itu kita ucapkan berkali-kali namun tidak adanya tindakan tegas sesuai dengan yang kita ucapkan tadi, anak akan berpikir, berarti aku tetap bisa melempar mainan ini sama temenku sampai mama mengucapkan kata-kata itu lagi, itu terjadi karna tidak adanya tindakan tegas dari orang tua, dia hanya mengancam anak tanpa melakukan konsekuensi jelas seperti yang diucapka tadi yaitu akan mengajak dia pulang jika dia masih melempar mainan itu pada temannya.

Anak tidak akan berhenti untuk melakukan hal negatif itu tanpa adanya konsekuensi nyata yang dia alami secara langsung. jika sang ibu mengucapkan kata seperti itu, lalu sang anak tetap melempar mainan itu pada temannya, ibu harus mengajak dia pulang sesuai dengan yang ibu ucapkan tadi, agar anak tadi mau untuk mendengarkan perkataan sang ibu.

Jika di lain waktu anak mengulangi lagi perbuatannya melempar mainannya pada temennya, kita bisa berikan sedikit ucapan peringatan pada anak "adek ingat kan waktu mama ajak pulang karena adek melempar mainannya sama temannya? mama harap kita gak pulang cepet juga kayak waktu itu ya dek" nah disitu anak akan berfikir, iya waktu itu mama ajak aku pulang karena aku melempar mainanku pada teman, berarti aku sekarang gak boleh lempar mainan sama temen, biar mama gak ajak aku pulang lagi.

Cukup dengan sedikit peringatan seperti itu anak akan sadar tanpa kita harus berulang kali mengancam dan mengucapkan kata itu, karena dari awal kita sudah memberikan konsekuensi yang tegas terhadap perilaku anak yang negarif. dan itu akan terus teringat dalam memori anak.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun