Mohon tunggu...
Lingua ayzaara
Lingua ayzaara Mohon Tunggu... Editor - AYU PURNAMASARI - An Educator

Menyukai bidang bahas Inggris, pendidikan, translator, dan content creator.

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Pilih Anak Penurut atau Mandiri?

12 Agustus 2022   13:41 Diperbarui: 12 Agustus 2022   13:53 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Assalamu'alaikum educators....

Saya kali ini ingin membagikan sedikit review dari buku yang saya baca beberapa hari lalu. Judul buku ini adalah "Parenthink", mungkin ini akan sedikit berbeda dengan tema-tema yang saya tulis sebelumnya. Tetapi saya rasa ini masih saling berkaitan dengan pola kita mendidik anak-anak kita. Ya, meskipun saya sendiri memang belum menikah dan memiliki seorang anak. Tetapi sebagai seorang pendidik atau guru, kita yang belum menikah ini ternyata harus dipanggil "ibu" bukan?. Ya, sebagai seorang pendidik atau guru kita dituntut untuk bisa memahami, mendidik, mengarahkan peserta didik kita disekolah. Hal ini tentu bukan hanya sekadar tentang pelajaran sekolah tetapi juga harus memahami karakter peserta didik kita.

Nah, kembali ke topik utama yang ingin saya bahas dalam tulisan ini, ya seperti yang sudah ada di judul yaitu "memilih antara anak yang penurut atau mandiri?". Dalam buku yang saya baca yang berjudul "parenthink" membuat para orang tua pasti ingin sekali anaknya untuk menjadi seorang yang penurut, mudah diatur dan gampang diarahkan. Tetapi banyak dari orang tua yang tidak sadar memberikan cara yang salah. Misalnya anak tidak bisa mengerjakan tugas sekolah, lalu sebagai orang tua yang merasa kasihan akan langsung mengerjakan tugas sekolah tersebut tanpa memberi kesempatan anak untuk mencoba dulu. Dengan harapan supaya nanti waktu disekolah anak bisa mendapatkan nilai yang bagus dikelasnya. Nah, secara tidak sadar orang tua malah mengarahkan anak untuk terbiasa bergantung terhadap orang lain. Anak tidak percaya diri terhadap kemampuannya, anak menjadi manusia yang tidak berani untuk menghadapi dan menyelesaikan masalah sendiri karena merasa ada orang tuanya yang mampu setiap saat bisa membantunya tanpa harus berpikir keras dahulu.

Mungkin benar, anak akan menjadi pribadi yang penurut dan mudah untuk diarahkan. Tetapi anak tidak bisa mandiri dan mengerjakan sesuatunya sendiri. Padahal sebagai orang tua juga harus sadar, bahwa suatu saat nanti saat anak beranjak dewasa mereka harus melakukan segala sesuatunya sendiri. Sebagai orang tua, tidak selamanya akan menemani anak seumur hidupnya.

Dan yang harus dipahami juga, saya yakin melihat anak yang sudah besar tetapi tidak juga mandiri pasyti sebagai orang tua akan kesal dan marah. Misalnya saja urusan mandi, anak yang tidak memiliki kesadaran dan tanggung jawab terhadap tubuhnya pasti harus dipaksa untuk mandi. Dan sebagai orang tua pasti akan kesal jika harus memberikan arahan kepada anak tentang urusan yang sepele seperti mandi. Berbeda jika kita melatih anak untuk mandiri, misalnya saja saat anak sehabis main diluar dan badannya kotor secara langsung anak akan berpikir bahwa badannya kotor dan jika badannya kotor otomatis banyak kuman yang menumpuk dibadannya dan akan menjadi penyakit. Tentu beda bukan?

Maka dari itu kita harus bisa belajar terus untuk mendidik seorang anak dan memberitahu anak tentang sebab dan akibat tentang perbuatan yang anak lakukan. Tidak hanya sekedar anak nurut dengan arahan kita tanpa tahu apa alasannya.

Semoga bermanfaar educators...

Wassalamu'alaikum...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun