Mohon tunggu...
Lingua ayzaara
Lingua ayzaara Mohon Tunggu... Editor - AYU PURNAMASARI - An Educator

Menyukai bidang bahas Inggris, pendidikan, translator, dan content creator.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kita Berhak Bahagia

2 September 2021   16:59 Diperbarui: 2 September 2021   18:39 898
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bahagia, kata yang sering kali kita dengar setiap harinya. Kata yang sederhana tetapi penuh makna. Kata yang sederhana, tetapi tak mudah untuk mewujudkannya. Kata sederhana, tapi kebanyakan orang melalaikannya. Kata sederhana, yang sering terlupa begitu saja.

Bahagia menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Bahagia adalah keadaan atau perasaan senang dan tenteram (bebas dari segala yang menyusahkan)baik didunia atau akhirat. Bahagia adalah perasaan senang, tenang, tentram, damai yang bisa terpancar tak hanya dari lisan tetapi juga dari hati yang terdalam.

Bahagia, kata yang sering kali dibahas oleh generasi yang sudah mulai menginjak usia dewasa sampai dewasa akhir saat ini. Usia dewasa dan dewasa akhir dianggap sebagai seorang manusia yang kuat, mandiri, pekerja keras, dan penuh ambisi. Bahkan ada yang beranggapan bahwa di usia ini menentukan sukses atau tidaknya seseorang dimasa depan. 

Lucu sebenarnya, membaca dan melihat statement ini yang berkembang dimasyarakat bahkan ada dibeberapa circle pertemanan saya. Padahal suksesnya seseorang tidak bisa di ukur dari usia. Ada yang umur belasan tahun tapi penghasilan sudah jutaan bahkan puluhan juta. Ada yang usia dewasa menuju tua baru mendapat income yang luar biasa. Jadi sekali lagi umur bukanlah patokan suksesnya seseorang.

Seiring berkembangnya stigma bahwa usia dewasa menuju dewasa akhir harus dituntut menjadi orang yang sukses, pekerja keras dan mandiri. Stigma ini menjadikan orang-orang pada usia ini menjadi orang yang harus sukses, pekerja keras, dan mandiri juga. Actually it’s good and I totally agree. 

But, kebanyakan orang di usia ini menjalankan segala aktivitasnya, baik saat bekerja atau melakukan sesuatu hal dilandasi bukan karena bahagia dengan pekerjaannya, tetapi karena ingin diakui di masyarakat atau lingkungan sekitarnya, bahwa mereka berhasil mendapat gelar “sukses”. 

Mungkin ada juga yang bilang “aku ikhlas menjalankan pekerjaan ini” okay aku tau dan memahami hal itu. Tapi, banyak orang yang lalai dan bahkan abai terhadap perasaannya sendiri. Kita lupa bahwa bahagia perlu ada saat kita  melakukan suatu pekerjaan atau sesuatu hal.

Bahagia perlu kita temukan dalam diri kita sendiri. Kita seharusnya berhak untuk merasakannya. Kita perlu mencarinya atau bahkan membuatnya, karena banyak yang bilang jika bahagia itu tidak di cari tapi di buat. Actually I also agree, but tidak semua orang mampu membuat kebahagiaannya sendiri, terkadang mereka perlu stimulus agar menemukan kebahagiaan.

Apapun pekerjaan atau aktivitas kita saat ini, kita berhak untuk bahagia. Jika tidak mampu membuatnya, maka carilah. Carilah sampai kita mendapat kebahagiaan. Ada yang mendapat kebahagiaan saat memberikan self-reward kepada diri dengan membeli suatu barang, ada yang jalan-jalan ke gunung atau ke pantai untuk mendapat kebahagiaan dan melepas rasa penatnya, bertemu dengan siswa-siswanya, memberi atau berbagi sesama, atau mungkin berbelanja. Itu tidak salah, karena semua orang memiliki cara yang berbeda-beda untuk menemukan kebahagiaannya. 

Untuk kamu yang membaca tulisan ini, kamu berhak bahagia. Jangan habiskan waktumu hanya untuk mencari pengakuan dari orang disekitarmu sampai kamu lupa untuk bahagia. Kamu begitu berharga jadi aku ingin kamu bahagia dan kita semua bahagia. Karena bahagia adalah satu perwujudan bentuk rasa syukur kita, karena dengan bahagia kita akan memberikan kebahagiaan untuk orang disekitar kita juga. :)..

Jangan lupa bahagia, ungkapan yang cliché tapi berharga..:)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun