Mohon tunggu...
Nusantara Link
Nusantara Link Mohon Tunggu... Buruh - Pegawai Pasar
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Reintegrasi Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ryamizard dan Luhut Adu Kuat Calon Kapolri

12 Juni 2016   17:33 Diperbarui: 12 Juni 2016   19:33 2831
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Udah lama nggak nulis. Iseng pengen nulis soal bursa Kapolri. Rasanya perlu ikutan beropini supaya ada penyeimbangan isunya Ratu Adil yang kemaren rame. Rasanya isu yang digulingkan Ratu Adil kurang pas dan agak serampangan. Menghubung-hubungkan obor rakyat, pilpres dengan isu Kapolri rasanya kurang sesuai sama keadaan sebenarnya. Sementara akun Ratu Adil entah kenapa selalu jadi pusat gravitasi banyak wacana dan dibaca petinggi negara. Padahal isu dia nggak selalu benar, walau analisis spekulatifnya sukar dibantah. Iya lah, fakta campur spekulasi, ya sukar bantahnya. Tapi hebat juga dia, nggak keliatan ada sinyal ditangkap walau sering main isu provokatif. Pegangannya kuat kayaknya.

Aku coba minimalisir bahas gosip sama isu spekulasi dulu. Nyoba lebih bicara kondisi apa adanya. Aku ada kawan di pendukung Budi Gunawan dan Badrodin Haiti. Budi Waseso nggak aku bahas. Yang dorong nama Budi Waseso masuk bursa Kapolri itu bandar-bandar narkoba gede. Pusing mereka sama operasi berantas narkoba gaya Budi Waseso di BNN. Sebagai orang peduli bangsa, aku dukung Budi Waseso tetap di BNN, biar bandar narkoba makin puyeng.

Nyoal Kapolri, simpelnya cuma ada dua petarung, Budi Gunawan dan Badrodin Haiti. Budi Gunawan didukung PDIP melalui Jenderal Ryamizard Ryacudu, pengawalnya Bu Mega. Badrodin Haiti didukung Presiden Joko Widodo melalui Menko Polhukam Luhut Binsar Panjaitan. Ini udah aku konfirmasi kiri kanan. Nggak usah kejebak spekulasi-spekulasi wara-wiri. Nggak usah ragu juga menyoal kok bisa-bisanya Jokowi bantah Bu Mega.

So simpel. Jenderal Ryamizard ditugaskan Bu Mega die hard bela Budi Gunawan. Jenderal Luhut die hard bela Badrodin Haiti. Ryamizard dan Luhut adalah dua jenderal yang berlawanan ideologi. Ryamizard tipe tentara idealis. Luhut tipe tentara pengusaha.

Ini barusan aku kontakan sama tim pendukung kiri kanan. Ada update. Jenderal Ryamizard masih die hard perjuangkan Budi Gunawan walau PDIP di DPR mulai patah semangat. Jenderal Luhut mulai pasang tawaran dagang ke Bu Mega. Maklumin aja, kan Luhut tipe tentara pengusaha, jadi ada aja manuver-manuver dagangnya. Jenderal Luhut bilang ke Bu Mega bisa aja solid dukung Budi Gunawan ke Kapolri, asalkan Menteri BUMN Rini Soemarno kena Reshuffle. Ini nggak berkaitan dan masih gosip sifatnya, Reshuffle gosipnya akan diumumkan antara Jumat depan atau Jumat depannya lagi. Ini gosip sih.

Bu Mega memang akan Reshuffle Rini Soemarno karena banyak yang ngadu ke Bu Mega kalau Rini nggak bagi-bagi arus bisnis dari China. Bu Mega kata kawan di PDIP memang akan minta Jokowi agar Reshuffle Rini. Kalau kata kawan di PDIP, tawaran Jenderal Luhut untuk memastikan aja, Bu Mega dan PDIP masih kuat nggak dukungannya ke Budi Gunawan. Kenyataannya peluang Budi Gunawan jadi Kapolri di wacana politik memang udah kalah angin. Jadi rasanya benar kata kawan PDIP, tawaran Jenderal Luhut ke Bu Mega sekedar ngetes niat dan tekad PDIP terhadap Budi Gunawan. Bu Mega dan Jenderal Ryamizard masih semangat dukung Budi Gunawan, tapi PDIP udah bingung mau perjuangkan pakai cara apa. Udah kalah angin.

Aku kontak kawan di dalam kubu Jenderal Luhut. Kata dia, tawaran dagang Jenderal Luhut ke Bu Mega dilandasi beberapa pemikiran. Pertama, Jenderal Luhut udah yakin Badrodin Haiti jadi Kapolri lagi. Kedua, karena posisi lapangan udah menang langkah, nggak rugi cuap-cuap ke Bu Mega dukung Budi Gunawan dengan syarat depak Rini Soemarno. Kan udah menang, tipu-tipu pakai janji-janji nggak rugi. Yang penting, messagenya sampai ke Bu Mega yaitu depak Rini Soemarno. Ketiga, kalau benar Rini Soemarno didepak Jokowi atas permintaan khusus Bu Mega, Rini mau digandeng join kubu Jenderal Luhut.

Bu Mega mau depak Rini karena ada kecurigaan akan culik Jokowi dan bikin partai baru untuk Jokowi di 2019. Menurutku, gosip Rini akan culik Jokowi dan bikinin partai baru, bisa jadi benar, bisa jadi hasutan aja. Orang-orang yang ngaduin Rini ke Bu Mega landasannya karena Rini nggak mau buka jalur investor China ke orang lain. Rini pegang sendiri kunci sakti dana China ke Indonesia. Bisa jadi dong orang-orang yang nggak kebagian bisnis (karena monopoli Rini), ngadu ke Bu Mega ditambahin bumbu-bumbu kalau Rini kunci dana China untuk bikin partai baru dan culik Jokowi kesana. Biar gimana, Jokowi ada utang budi sama Rini pas Pilkada DKI dan Pilpres 2014, Rini bawa investor kampanye Jokowi yang lumayan. Yang paling kedengeran ya Edward Soeryajaya itu.

Di lain pihak, Jenderal Luhut lagi deket-deketnya sama Jokowi. Gosip terbaru, Setya Novanto yang baru jadi Ketum Golkar juga menyiapkan culik Jokowi jadi capres Golkar di 2019. Kalau kata kawan di kubu Badrodin, Jenderal Luhut sekarang jadi orang kepercayaan Jokowi untuk urusan capres 2019.

Kawan di PDIP bilang, kekhawatiran Bu Mega dan PDIP sekarang adalah depak Rini di Reshuffle memperkuat penculikan Jokowi di 2019. Walau ini masih gosip, tapi bisa jadi penyatuan kekuatan Rini dan Jenderal Luhut memperbesar peluang Jokowi pindah partai di Pilpres 2019. Kawan di PDIP bilang, Bu Mega lagi mikir-mikir lagi untuk depak Rini, jangan sampai memberi makan anak macan. Menurutku, biar gimana pun Bu Mega itu wanita, pasti akan turuti dorongan hati yang udah nggak percaya sama loyalitas Rini.

Malah ada yang bilang kalau Ibu Negara Iriana Joko Widodo lagi dekat dengan Bu Mega. Titik temunya soal rencana mendepak Rini Soemarno. Ibu Negara katanya ‘tertekan’ karena nggak ada peran. Rini Soemarno lebih banyak berperan dan lebih sering bareng Jokowi ketimbang Ibu Negara. Rasanya gosip ketidaksukaan Ibu Negara sama Rini Soemarno lebih didorong rasa cemburu. Inget lho ya, ini aku ngomongin wanita-wanita di lingkaran kekuasaan. Udah kodratinya kalau wanita bergerak didasari dorongan hati, fungsi akal untuk cari cara memenuhi keinginan hati. Kalau pria bergerak didasari dorongan akal mengejar aspek-aspek yang mengandung benefit, fungsi hati untuk cari tahu dimana batasan dari keinginan akal mengejar benefit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun