Dari contoh kasus Akbar (dan beberapa kawan lainnya dalam film JS) tersebut, kita belajar bahwa di era kemutakhiran teknologi yang tak terbendung, sarana pembelajaran keagamaan menjadi sajian praktis nan instan, yang bisa diakses siapa dan kapan saja. Oleh karena itu, tanpa pengawalan dan bimbingan orang tua, serta keluarga untuk menanamkan pemahaman teologi yang baik untuk seorang anak, potensi timbulnya paham fanatisme keagamaan yang cenderung radikal akan terus mengintai.
Namun terlepas dari berbagai persoalan itu semua, menurut saya, sebagai seorang awam dalam hal film, karya dokumenter ini ditopang dengan kualitas gambar, efek grafis, dan kejernihan suara yang cukup baik. Sehingga pesan yang hendak disasar oleh pembuat film pun dapat diterima dengan sempurna oleh para penonton.
Jadi, bila anda punya sedikit kelonggaran waktu dan kesempatan untuk menonton, saya rekomendasikan film 40 menit ini untuk disaksikan bersama sanak famili.
Selamat menyaksikan!