Mohon tunggu...
Akbar Linggaprana
Akbar Linggaprana Mohon Tunggu... Seniman - Melukis, Menulis dan Mengajar merupakan aktifitas yang mengasyikkan

Lahir di Yogyakarta 16 Oktober 1956. Tahun 1981 memenuhi panggilan Perwira Wajib Militer ABRI dan aktif sebagai prajurit TNI Angkatan Udara. Setelah mengikuti berbagai macam jenjang pendidikan, latihan dan penugasan, pada tahun 2014 mendapat promosi jabatan bintang. Jabatan terakhir militer yang diemban adalah Perwira Tinggi Staf Ahli Kepala Staf TNI Angkatan Udara bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dan pada akhir penugasannya diperbantukan kepada Presiden RI ke-6 sebagai Asisten Staf Khusus Presiden Republik Indonesia Bidang Publikasi dan Dokumentasi. Setelah pensiun dari TNI Angkatan Udara pada tahun 2015, kembali aktif menekuni profesinya sebagai pelukis, penulis dan pengajar dan aktif mengikuti pameran lukisan di berbagai tempat, baik di dalam negeri maupun luar negeri. https:www://facebook.com/Akbar Linggaprana https://www.instagram.com/akbarlinggaprana_arts https://www.youube.com/Lingga Prana

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengenang Idealisme dan Prestasi Dr. H. Muhammad Maftuh Basyuni

17 Mei 2021   15:10 Diperbarui: 17 Mei 2021   15:15 721
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menerima anugerah Bintang Mahaputera Adipradana, 2014 (Dokpri)

Seorang tokoh nasional bisa dilahirkan melalui proses dan tradisi rekrutmen kepemimpinan formal, akan tetapi banyak pula tokoh yang tercatat dalam sejarah karena Idealisme, Kebijakan, atau Prestasinya. Salah satu tokoh tersebut adalah Dr. H. Muhammad Maftuh Basyuni (Penerima Bintang Mahaputera Utama Tahun 1999 dan Bintang Mahaputera Adipradana tahun 2014).

Ketokohan Maftuh Basyuni, demikian panggilan akrab pria kelahiran Rembang 4 Nopember 1939 ini dapat dikatakan melejit secara alamiah sepanjang kepemimpinan lima presiden. Mulai dari Presiden RI ke-2 H. M. Soeharto sampai dengan masa kepemimpinan Presiden RI ke-6 Prof. Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono, yang terus mendapat kepercayaan tanpa ikut jatuh bangun seiring pergantian rezim.

Mendampingi Presiden RI ke-2 H. M. Soeharto (Dokpri) 
Mendampingi Presiden RI ke-2 H. M. Soeharto (Dokpri) 
Pada tahun-tahun terakhir masa kepemimpinan Presiden H. M. Soeharto, Maftuh dipercaya sebagai pejabat istana, mulai dari Kepala Biro Protokol hingga Kepala Rumah Tangga Kepresidenan. Pada zaman Presiden B.J. Habibie, ia dipercaya menjadi Duta Besar RI di Kuwait. Pada masa kepemimpinan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) ia diangkat menjadi Menteri Sekretaris Negara. Pada saat Presiden Megawati, pamor Maftuh tidak pudar, ia diangkat menjadi Duta Besar di Arab Saudi dan pada periode kepemimpinan Presiden SBY, Maftuh ditarik ke Tanah Air, dan diangkat menjadi Menteri Agama RI yang ke-20.

Maftuh Basyuni bertugas sebagai Menteri Agama (Menag) mulai Oktober 2004-Oktober 2009. Selama kurun waktu lima tahun, banyak kebijakan, kinerja dan prestasi yang patut diapresiasi. Kebijakan yang diambil tidak terlepas dari kebijakan yang telah dirintis oleh pejabat sebelumnya. Namun banyak pula terobosan baru yang dilakukan sesuai kontrak kinerja yang telah ditandatangani ketika diangkat Menag.

Pada masa itu, Image tak sedap melekat dengan Departemen Agama. Di mata masyarakat luas departemen agama identik dengan berbagai predikat negatif, yang justru bertolak belakang dengan nama departemen yang disandang. Dalam kalimat yang lugas, Gus Dur pernah menyebut Depag sebagai “Pasar”.

Ketika mendapat amanah mejadi Menteri Agama pada Kabinet Indonesia Bersatu, Maftuh Basyuni berhadapan dengan kenyataan, bahwa ekspektasi terhadap dirinya sedemikian tinggi. Ekspektasi pertama adalah datang dari Presiden Prof. Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono, yang menghendaki agar dilakukan perubahan dan pembenahan mendasar di Depag. Kehendak ini sejalan dengan semangat reformasi yang menjadi ruh pemerintahan SBY-JK.

Kedua adalah ekspektasi publik. Masyarakat menaruh harapan yang amat tinggi terhadap jajaran Kabinet Indonesia Bersatu, yang diharapkan mampu membawa era yang menghadirkan perbaikan dan pembenahan di berbagai sektor. Masyarakat sangat berharap, inilah era yang akan menghadirkan pemerintahan yang bersih, terpercaya, profesional, yang dapat memecahkan berbagai problema yang selama ini membelit.

Sementara pada sisi internal, Maftuh Basyuni harus berhadapan dengan kenyataan bahwa situasi yang ada tidak sepenuhnya mampu mendukung terpenuhinya ekspektasi dari dua arah itu. Birokrasi, termasuk sumber daya manusia / staf yang berada di dalamnya, masih berada pada paradigma lama dan belum seratus persen sejalan dengan semangat reformasi.

Menghadapi tantangan yang tidak ringan Maftuh Basyuni menggulirkan paradigma baru, yang bertumpu pada semangat reformasi. Serangkaian kebijakan baru ditetapkan, disertai sanksi tegas bagi mereka yang melanggar. Good Governance diterjemahkan dalam pola-pola kinerja yang lebih praktis dan membumi. Tidak ada kompromi bagi mereka yang melakukan KKN, dan yang terpenting Maftuh Basyuni memberikan keteladanan untuk semua idealismenya itu.

Salah satu isu sensitif yang saat itu menjadi pusat sorotan masyarakat, yaitu penyelenggaraan ibadah haji. Isu ini berhasil ia benahi secara serius dan menyeluruh. Mulai dari proses pendaftaran calon jamaah haji di Tanah Air, hingga kepulangan dari Tanah Suci. Untuk itu, Maftuh Basyuni kerap kali berada dalam posisi berseberangan dan tidak populer, karena harus berhadapan dengan berbagai pihak yang selama ini menikmati situasi dan kondisi lama. Baik dari parlemnen, para penyelenggara ibadah haji, rekanan, muassasah, atau pun dari kalangan pers. Akan tetapi mantan Dubes di Arab Saudi ini memiliki komitmen maju terus pantang mundur, dan siap menjadi tokoh yang tidak populer.

Mendampingi Presiden RI ke-2 H. M. Soeharto (Dokpri)
Mendampingi Presiden RI ke-2 H. M. Soeharto (Dokpri)

Atas idealisme, dan berbagai gebrakan kebijakan tersebut, Depag relatif berubah ke arah yang lebih baik. Tolok ukur yang paling sederhana adalah adanya apresiasi positif dari berbagai kalangan terhadap penyelenggaraan ibadah haji pada masa ia menjadi Menteri Agama. Mulai dari Presiden, kalangan DPR/MPR, hingga pemerhati masalah haji menyebut penyelenggaraan haji sebagai yang terbaik dibanding tahun-tahun sebelumnya. Bahkan pihak otoritas haji Arab Saudi menggunakan kata mumtazjiddan untuk menggambarkan penyelenggaraan haji Indonesia pada masa itu amat baik.

Berbagai rangkaian gebrakan kebijakan tersebut, mendorong sebuah harian nasional terkemuka di Ibu Kota memberi gelar Tokoh Perubahan 2007 kepada Muhammad Maftuh Basyuni.  Sebuah gelar yang tidak mengada-ada, untuk memberi apresiasi atas kerja keras Maftuh Basyuni dalam membenahi dan mendorong perubahan manajerial di Departemen Agama.

Suatu saat ketika ia ditanya awak media, Maftuh berkata berani melakukan semua itu karena "merasa tidak tahu". Bisa jadi pernyataan ini benar, akan tetapi dengan melihat gebrakannya saat menjabat menteri agama dengan  berbagai Kebijakan, Kinerja dan Prestasinya saat membenahi Departemen Agama, bisa dikatakan bahwa perubahan yang dilakukan Maftuh Basyuni tidak lahir secara kebetulan, tidak asal berubah, dan bukan tanpa arah maupun tujuan, apalagi cerminan dari ketidaktahuannya.

Berbagai realitas itulah yang akhirnya menjadikan Maftuh Basyuni sebagai salah seorang tokoh nasional yang memperoleh gelar Tokoh Perubahan pada Tahun 2007 dan menerima Bintang Mahaputera Adipradana pada Tahun 2014. Ia bukan saja dikenal sebagai seorang diplomat senior yang kaya dengan pengalaman, namun juga seorang anak kiai dari Rembang yang memiliki idealisme, komitmen dan dedikasi dalam bidang sosial keagamaan. Sebagai anak yang dilahirkan, dididik dan dibesarkan di lingkungan pesantren, Ia tampil sebagai sosok profesional yang memiliki disiplin kuat, namun tetap bersahaja.

Mendampingi Presiden RI ke-6 Prof. Dr. H. Soesilo Bambang Yudhoyono pada sebuah acara (Dokpri)
Mendampingi Presiden RI ke-6 Prof. Dr. H. Soesilo Bambang Yudhoyono pada sebuah acara (Dokpri)

21 September 2016, mantan Menteri Agama Maftuh Basyuni meninggalkan kita. Ia menghembuskan nafas terakhir pada usia 77 Tahun di RS Gatot Subroto pada Selasa petang, pukul 18.30 WIB, setelah beberapa hari dirawat di rumah sakit tersebut. Jenazah almarhum kemudian disemayamkan di rumah Duka di Pengadegan Jakarta Selatan. Pukul 11.00 Wib dibawa ke Masjid At-Tin Taman Mini Indonesia Indah untuk dishalatkan. Setelah itu jenazah dibawa ke TMP Kalibata untuk dimakamkan.

Walaupun cuaca pada saat itu tidak mendukung, Presiden RI ke-6 Prof Dr H. Susilo Bambang Yudhoyono tampak menghadiri pemakaman untuk memberikan penghormatan terakhir kepada almarhum. Menurut SBY : "Semasa hidupnya, Maftuh Basyuni merupakan tokoh yang pandai menjaga silahturahmi dengan para pemimpin agama, baik Islam, maupun agama lain. Maftuh sosok yang tegas ketika harus mengambil posisi. Di samping itu almarhum merupakan sosok yang lurus, bersih serta amanah".  Kepergian almarhum, meninggalkan kesedihan dan kesan yang mendalam bagi keluarga, kolega, sahabat, dan keluarga besar Kementerian Agama serta bangsa ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun