Mohon tunggu...
Lindung Silaban
Lindung Silaban Mohon Tunggu... Guru - Guru dan penulis

Saya seorang guru

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Riando Silalahi Terpanggil Melayani Orang Sakit Jiwa

9 Oktober 2019   22:06 Diperbarui: 9 Oktober 2019   23:45 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Senang berbagi dengan sesama, Riando Silalahi mendedikasikan diri bagi pasien rumah sakit jiwa.

***

Oleh Lindung Silaban

Riando adalah manusia biasa. Dia bukan super hero. Tetapi ia berani memilih jalan hidup yang berbeda dari kebanyakan orang. Ia memilih melayani orang-orang sakit jiwa.

Aku bertemu dia di kontrakannya di Jalan Rela gang Langgar Kelurahan Medan Perjuangan, Kota Medan, Sumatera Utara. Rupanya ia telah menungguku. Kami pun duduk di selembar tikar sambil mengobrol ditemani minuman.

Riando pemuda yang ramah. Ia berprofesi sebagai instruktur senam aerobik dan pelatih kick boxing. Dari kedua profesi inilah ia mencari nafkah setiap bulannya. Sebagai instruktur olahraga, ia terbiasa wara-wiri dari satu kantor ke kantor lain. Dari satu gym ke gym lain.

Baginya pfrofesi ini adalah sebuah panggilan hidup. Tidak sekadar menghasilkan uang. Riando juga melayani pasien yang mengalami gangguan jiwa di rumah sakit jiwa (RSJ) Prof. DR. M. Ildren di jalan Tali Air nomor 20, Kecamatan Medan Tuntunan, Medan Sumatera Utara.

Di RSJ itu ia sebagai sukarelawan. Ia bergabung dengan Yayasan Nurani Luhur. Yayasan ini bekerja sama dengan RSJ tersebut. Ajakan dari Yayasan Nurani Luhur secara spontan ia terima. Tanpa pikir panjang. Ia hanya ingin melayani pasien RSJ itu.

Bagi pria kelahiran Sintanauli 11 Januari 1994 ini, melatih senam kebugaran jasmani bagi pasien RSJ itu sama mulianya dengan pelayanan di rumah ibadah. Sehingga tanpa dibayar pun ia melakukan tanggung jawab itu dengan iklas dan sepenuh hati. Dia telah melakukan ini selama 18 bulan.

Padahal, jarak tempuh dari rumahnya ke RSJ itu tidak dekat. Setiap hari Rabu, ia harus menempuh jarak 17 KM. Tentu biaya perjalanannya ia tanggung sendiri. Bukan hanya biaya perjalanan ia korbankan, Riando juga musti meluangkan waktu setiap hari Rabu. Bahkan ia menolak tawaran melatih di hari itu demi pelayanan ini.

Awalnya, bagi alumni Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Medan ini, tidak mudah melatih pasien yang terganggu jiwa dan mentalnya. Ia harus banyak belajar dan mencari informasi. Ia terus memperlengkapi dirinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun