Mohon tunggu...
Lindawati Mustikasari
Lindawati Mustikasari Mohon Tunggu... Guru - A teacher, a reader, an explorer :)

Reading and travelling

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Teori Behaviorisme dalam Pembelajaran

3 Oktober 2022   09:06 Diperbarui: 3 Oktober 2022   10:07 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Teori behaviorisme selalu menarik untuk di bahas, salah satunya adalah karena pro dan kontranya dalam implementasinya, dan juga apa implikasinya pada peserta didik. Kita mungkin termasuk di antara yang pro dan kontra; ataupun termasuk dalam golongan yang "mengambil yang baik; buang yang buruk" dari segala sesuatu, seperti saya.

Well, mari kita membahas teorinya dan implementasinya dalam pembelajaran, dan tidak membahas pro dan kontra.

Penggagas teori behaviorisme adalah Ivan Pavlov, Edward L. Thorndike, John B. Watson, dan Burrhus Frederic Skinner.
Pavlov menyatakan bahwa pada dasarnya makhluk hidup bisa memberikan respon berupa behaviour karena adanya stimulus tertentu. Behaviour baru dapat terbentuk akibat adanya pengkondisian terhadap stimulus.

Edward L. Thorndike menyatakan bahwa perubahan behaviour terjadi karena adanya koneksi antara stimulus dan respon.

John B. Watson menyatakan bahwa manusia dapat dikondisikan emosinya, jadi tidak diturunkan secara hereditas.

Burrhus F. Skinner menyatakan bahwa setiap makhluk hidup melakukan semua hal secara alamiah, dan mereka mendapatkan stimulus secara tidak sengaja yang menyebabkan perubahan perilaku.

Benang merah dari pandangan-pandangan penggagas teori ini adalah bahwa hasil dari pembelajaran adalah adanya perubahan perilaku yang muncul dari adanya interaksi antara stimulus dan respon yang dapat di ukur. Pembelajaran di pandang sebagai transfer pengetahuan yang bersifat pasti dan tetap dari pendidik ke peserta didik, dan untuk memperoleh respon yang diharapkan, perlu diberikan reinforcement.

Dalam pembelajaran di kelas, stimulus adalah input yang diberikan oleh pendidik atau lingkungan belajar kepada peserta didik, sedangkan respon adalah output berupa reaksi peserta didik terhadap stimulasi yang diberikan. Pendidik harus memberikan stimulus yang tepat, karena hal ini merupakan kunci keberhasilan pembelajaran peserta didik. Biasanya, pendidik memberikan reinforcement berupa rewards dan punishment untuk memaksimalkan hasil.
Langkah awal dalam menerapkan teori ini di kelas adalah dengan menganalisis karakteristik peserta didik: kemampuan awal yang dimiliki peserta didik tentang suatu materi ajar, latar belakang keluarga, sosio-kultural dan lain-lain. Dari hasil analisis ini, pendidik dapat menentukan rencana pembelajaran termasuk materi ajar yang akan diberikan. 

Hal ini untuk menciptakan conditioning yang tepat untuk kelas tersebut. Pendidik dapat membentuk kelompok peserta didik ketika mempelajari sesuatu, dengan memvariasikan tingkat kemampuan pesera didik dalam kelompok tersebut, supaya dapat saling memberikan penguatan.

Sebagai pendidik, kita dapat memberikan reinforcement berupa rewards dan punishment. Misal, ketika seorang peserta didik mengerjakan ujian dengan sangat baik dan benar, kita memberikan nilai tinggi dan juga memberikan hadiah berupa tambahan nilai untuk tugas. Atau sebaliknya, ketika seorang peserta didik tidak mengerjakan tugas, maka kita mengurangi nilai ujian yang dia dapatkan, supaya ia jera dan ingat untuk mengerjakan tugas selanjutmya. 

Apakah pemberian rewards dan punishment ini memberikan implikasi yang baik pada peserta didik? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun