Mohon tunggu...
Linda Utami
Linda Utami Mohon Tunggu... Penulis - Life Long Learner

Siswi SMAN 1 Gunungsari

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen |Marina

2 Agustus 2020   11:37 Diperbarui: 2 Agustus 2020   11:39 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di sebuah Desa terpencil, hiduplah seorang anak perempuan  bernama Marina. Ia tinggal bersama kedua saudaranya, sedangkan orang tua mereka pergi entah kemana. Marina adalah anak yang baik, pintar dan juga cantik begitu juga dengan kedua kakaknya. Akan tetapi dimata semua orang mereka  berbeda. Kedua saudaranya begitu disukai dan dihormati, tapi tidak dengan Marina. Padahal ia adalah anak yang sangat baik bahkan ramah terhadap semua orang, hanya satu kekurangan yang dia miliki yaitu kaki nya yang lumpuh. Ia lumpuh karena menolong Rini kakaknya, waktu itu ia dan kedua saudaranya sedang mencari kayu bakar di hutan dalam keadaan hujan lebat dan suara petir menggelegar. Pada saat menyusuri hutan, Rini  terlalu sibuk mengambil kayu bakar tanpa memperhatikan sekitar. Dia tidak sadar bahwa dirinya sedang berada di bawah kayu yang memiliki ranting telah kering, tepat di ranting itu petir pun datang menyambar, Marina yang melihat itu refleks berlari  lalu mendorong kakak nya supaya tidak tertimpa ranting tersebut. Sehingga kaki nya lah yang menjadi korban. Sejak saat itulah kakinya menjadi lumpuh.

Beberapa minggu kemudian keadaannya mulai membaik, akan tetapi tetap saja kakinya sulit digerakkan sampai sekarang, sehingga harus menggunakan kayu untuk menopang tubuhnya. Karena keadaannya yang seperti itu membuat sebagian masyarakat tidak menyukainya, berbagai macam cara telah dia lakukan agar mereka menyukainya tapi semuanya sia-sia saja. Dan disinilah sekarang ia berada, di Halaman rumah yang dipenuhi oleh bunga yang indah dan pohon yang rindang menambah kesejukan serta memanjakan mata memandang. Hembusan angin ikut menerpa, menyapu lembut wajah Marina, ia duduk menghilangkan penat yang dirasa sambil membuang beban pikiran yang ada. hingga tak sengaja matanya menangkap sosok wanita yang terlihat kesusahan membawa belanjaannya.

"Apakah dia membutuhkan bantuanku?" batin nya.

Karena tak tega, akhirnya ia mencoba berdiri dengan bantuan tongkat kayu yang selama ini ia gunakan, lalu berjalan mendekati wanita tersebut.

"Permisi, sepertinya saya melihat ibu kesusahan membawa belanjaan, apa ada yang bisa saya bantu?" tawarnya pada wanita itu. Dilihatnya Marina dari atas sampai bawah.

"Bukankah dia gadis cacat itu?" batinnya.

"Tidak perlu, saya bisa sendiri" jawabnya tak acuh.

"Tapi, tadi saya lihat sepertinya ibu kesusahan
Apa pedulinya kamu heh? bukannya membantu yang ada malah menyusahkan saya, lihat! jalanmu saja seperti itu lalu bagaimana bisa kamu membantu saya?" tanyanya sinis.

"Jika ibu memang tidak mau dibantu, maka setidaknya jangan menghina saya" ucap Marina.

"Siapa yang menghina? Bukankah itu memang kenyataannya. Kenyataan bahwa kamu hanyalah gadis cacat. Daripada harus meladeni anak sepertimu, lebih baik saya pergi. Minggir!" sambungnya lagi, lalu pergi meninggalkan Marina.

Roboh sudah pertahanannya kali ini, keberanian dan kekuatan yang ia buat seakan-akan ambruk begitu saja, dia tidak tau lagi harus bagaimana, bahkan air matanya tak bisa lagi ia bendung. Rasa sakit hati kian membara dihati nya, tapi selalu berusaha ia redam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun