Mohon tunggu...
Linda Patimasang
Linda Patimasang Mohon Tunggu... Guru -

Lahir di Balikpapan dan belajar disana hingga tamat SMP. Melanjutkan studi di Muntilan dan Yogyakarta. Pernah bekerja sebagai guru privat Bahasa Inggris, tutor Bahasa Indonesia untuk orang asing, reporter dan penyiar radio, MC, penulis di sebuah majalah komunitas, dan saat ini mengajar di sebuah sekolah internasional di Jakarta. Suka menulis, membaca, mendengarkan musik, nonton, travelling, dan berkeliaran di dunia maya. Saat ini tinggal bersama anak lelakinya di Jakarta dan berharap tetap memiliki ruang untuk mengaktualisasiakan diri dan mimpi.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Bukit Bangkirai, Pesona Hutan Tropis Kalimantan Timur

6 Oktober 2014   08:22 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:13 371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tulisan saya tentang tanah kelahiran akan menjadi tulisan perdana saya dalam kompetisi "Ngeblog untuk Pariwisata Indonesia" ini. Saya dan adik-adik saya lahir dan dibesarkan di Balikpapan. Hingga saat ini, orang tua kami masih berdomisili di sana dan setiap tahun saya dan adik saya yang paling bungsu selalu berusaha menyempatkan diri untuk untuk pulang kampung. Bukit ini sudah ada dalam daftar tempat yang wajib kami kunjungi beberapa waktu terakhir ini. Ketika akhirnya kami punya waktu untuk berekreasi bersama kesana, senangnya bukan main. Bukit Bangkirai terkenal sebagai kawasan wisata alam, yang merupakan hutan tropis dan ditumbuhi oleh berbagai spesies pohon, termasuk pohon Bangkirai dan Ulin, yang sangat populer di Kalimantan. Letaknya di Jalan Raya Soekarno-Hatta Km. 38, Kecamatan Samboja, Kabupaten Kutai Kertanegara, Balikpapan, Kalimantan Timur yang dikelola oleh PT. Inhutani I Unit Manajemen Hutan Tanaman Industri (UMHTI). Kami memulai dari Balikpapan dengan menyewa mobil, dengan biaya Rp 400.000,00/hari sudah termasuk bahan bakar dan supir. Untuk anda yang belum kenal betul kondisi jalan, kami anjurkan untuk menyewa supir karena masih ada beberapa ruas jalan yang berbatu dan cukup berbahaya untuk dilalui. Walaupun demikian, sepanjang perjalanan, anda akan disuguhi kehijauan pemandangan asri. Hamparan sawah? Bukan... bukan, tetapi bukit-bukit dan pohon-pohon yang menjulang tinggi. Setelah kurang lebih 1,5 jam perjalanan, kami tiba disana. Terlihat beberapa cottage bagi pengunjung yang ingin bermalam, sebuah restoran, dan tersedia juga MCK. Segera saja kami bersiap dengan peralatan-peralatan kami: air minum (karena yang dijual disana pasti harganya lebih mahal), tisu basah, dan tentu saja kamera! Yo ho let's go!

Sejauh mata memandang, yang terlihat adalah pohon-pohon yang tinggi dan tanaman perdu. Hujan yang sempat turun beberapa saat membuat tanah menjadi basah dan agak licin, namun memberikan aroma yang segar. Hutan tropis seluas 1500 ha ini memiliki koleksi burung-burung yang langka (menurut data ada 113 jenis), dan kalau beruntung anda juga bisa melihat monyet ekor panjang, babi hutan, owa-owa, beruk, lutung merah, bajing terbang dan rusa sambar. Terdapat pula jenis-jenis anggrek, salah satunya anggrek hitam yang menjadi maskot Kalimatan Timur. Saya melihat sendiri bagaimana anggrek-anggrek tersebut mekar dengan indahnya di tengah hutan! Wow!! Pohon-pohon Bangkirai tampak tumbuh gagah. Pohon-pohon ini mencapai tinggi kurang lebih 40 meter dan berdiameter 120cm. Biasanya pohon ini dipergunakan untuk membuat jembatan, bantalan rel kereta api, perahu kayu, konstruksi bangunan, karena tingkat kekerasan kayunya yang cukup tinggi. Menurut petugas yang kami temui, pohon-pohon ini berusia lebih dari 150 tahun! Setelah melewati jalan setapak, tibalah waktunya kami mencoba Canopy Bridge atau jembatan gantung. Jembatan ini menghubungkan pohon-pohon bangkirai yang satu dan yang lainnya. Menurut Wikipedia, jembatan ini merupakan yang pertama di Indonesia, kedua di Asia, dan yang kedelapan di dunia. Konstruksinya dibuat di Amerika Serikat, dikerjakan oleh kontraktor Amerika yang tergabung dalam Canopy Construction Assosiated (CCA). Selain kayu, digunakan juga baja anti karat atau Galvanized dari Amerika. Untuk bisa mencoba jembatan ini, kami harus naik anak tangga yang berputar mengelilingi pohon bangkirai. Saya tidak menghitung ada berapa anak tangga, yang jelas ketika sampai di atas, saya sudah berdiri hampir sama tinggi dengan pohon bangkirai tersebut! Tangga menuju platform jembatan gantung. Untuk anda yang sudah pernah berjalan di atas jembatan gantung, saya yakin bahwa jembatan di Bukit Bangkirai ini tidak akan sulit untuk anda. Namun untuk saya, berjalan di jembatan seperti ini (atau saya biasanya menyebutnya sebagai jembatan goyang), cukup menguras adrenalin. Saya pernah berjalan di berbagai jembatan yang bergoyang, tapi di Bukit Bangkirai ini jembatannya sangat panjang! Jembatan panjang, bergoyang, dan sangat tinggi (kurang lebih 30m). Bayangkan, kalau tiba-tiba salah satu utas tambangnya putus? Akan jadi apa saya? :D There's always the first time for everything. Pertama kali melangkah dan menyeberang, memang deg-degan. Di jembatan kedua, lebih bisa mengendalikan diri. Di jembatan ketiga, sudah bisa tersenyum lega. Kami bahkan ketagihan mengulang berkali-kali. Sayang, saat itu ada banyak pengunjung jadi kami memilih untuk istirahat sejenak di platform, menikmati pemandangan mumpung cuaca sedang cerah. [caption id="" align="alignnone" width="266" caption="Adik saya berhenti dan berjongkok di tengah jembatan karena deg-degan"][/caption] [caption id="" align="alignnone" width="267" caption="Anak saya yang saat itu berusia masih 3 tahun juga turut serta"][/caption] [caption id="" align="alignnone" width="267" caption="Saya dikelilingi pohon bangkirai!"][/caption] Bukit Bangkirai merupakan tempat yang layak anda kunjungi. Keindahan flora dan fauna, canopy bridge dan udara segar! Tempat yang juga cocok bagi anda yang ingin berwisata alam bersama keluarga. Bawalah air minum, handuk kecil, dan tentu saja kamera untuk merekam setiap jejak. Kalau anda ingin bermalam, tersedia juga tempat penginapan. Bayangkan, anda tidur di tengah hutan, diiringi nyanyian binatang malam khas Kalimantan. Usul saya sih, secepatnya saja merencanakan kemari, apalagi kalau anda ingin mencoba canopy bridge, karena jembatan yang dibangun sejak 1998 itu hanya berusia 15-20 tahun. Artinya, tersisa waktu paling lama 4 tahun untuk mencobanya. [caption id="" align="alignnone" width="400" caption="Foto terakhir kedua adik kembar saya sebelum meninggalkan Bukit Bangkirai"][/caption]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun