Mohon tunggu...
Linda Erlina
Linda Erlina Mohon Tunggu... Dosen - Blogger and Academician

Seorang yang suka menonton film apa saja apalagi yang antimainstrim.

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Mengenal Sosok Andreas Johnsen Lewat Film Bugs

17 Mei 2018   23:27 Diperbarui: 18 Mei 2018   03:11 2448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film Bugs (2016) (Sumber: Youtube)

Ketika saya tanyakan serangga mana yang menjadi favoritnya setelah berkeliling dari satu Negara ke Negara lain, ia menjawab "I like queen of termites, so juicy, big and fat" (Saya suka larva ratu karena rasanya juicy, besar dan berlemak). 

Pikiran saya amburadul seketika membayangkan makan larva. Saya penasaran dengan bagaimana dengan cara memasaknya sehingga membuat rasanya menjadi enak seperti yang ia deskripsikan.

Bang Andreas menuturkan bahwa cara memasak termites tidaklah sulit, cukup menggorengnya tanpa minyak di teflon, maka lemaknya akan berfungsi sebagai minyak alami untuk menggoreng dan harumnya konon akan sangat menggoda selera iman. 

Director film Bugs ini menceritakan bagaimana ia menggarap film ini selama 3 tahun lamanya, berkeliling ke beberapa Negara dan menikmati saat berkomunikasi dan memasak bersama masyarakat lokal di sana.

Makan serangga BUKAN untuk menyelamatkan dunia

Serangga lokal yang ditemukan, yeay (Sumber: https://filmforum.org/events/event/bugs)
Serangga lokal yang ditemukan, yeay (Sumber: https://filmforum.org/events/event/bugs)
Pertanyaan saya berkembang makin jauh, saya ingin mengetahui sebenarnya apa sih faedahnya makan serangga? Ketika saya menanyakan "What do you mean about eating the insects can save the world?" Seketika ia terkejut bingung dengan pertanyaan saya, kemudian saya menyodorkannya buku panduan EOS yang berisi synopsis singkat mengenai film Bugs. 

Ada keterangan tertulis bahwa apakah dengan makan serangga dapat membantu menyelamatkan dunia? Bang Andreas kemudian menghela nafas panjang, dan menjelaskan bahwa bukan itu tujuan makan serangga.

Saya kemudian diminta untuk datang ke pemutaran film Bugs pada tanggal 10 Mei 2018 di GoetheHaus untuk menyaksikan secara langsung dan mencari tahu lebih dalam mengenai makna film dokumenter yang ia buat. Bang Andreas sangat menekankan saya untuk hadir, baiklah tantangan dimulai. 

Mba Putri selaku Ketua Panitia EOS juga mengamini dengan memberikan saya undangan khusus media tanpa registrasi. Wow, ini saya wajib datang nih!

Tantangan menonton film Bugs: saya suka, filmnya luar biasa!

Tanggal 10 Mei 2018, seperti yang telah dijanjikan sebelumnya saya datang ke GoetheHaus, menonton dan mencoba memahami makna film Bugs yang berdurasi sekiar 74 menit ini.

Saya kemudian sangat menikmati film ini, sungguh ini film yang luar biasa! Saya terkagum-kagum, bagaimana para tim peneliti dan juru masak Nordic Food Lab ini benar-benar totalitas! Mereka datang ke lokasi serangga, menemukan sarang, mengambil sampel dan memasak serangga dengan teknik resep masyarakat lokal, tidak hanya itu mereka juga mencoba untuk membuat modifikasi resep serangga ini menjadi makanan kelas atas, wow!

Ilustrasi contoh makanan berbasis serangga (Sumber: aok.dk)
Ilustrasi contoh makanan berbasis serangga (Sumber: aok.dk)
Serangga yang dikonsumsi di setiap Negara sungguh beragam dan unik, ada lebah gendut hitam tanpa sungut tajam yang tubuhnya penuh madu, ada belatung yang hidupnya di keju, ada semut dan belalang yang kelihatannya "crispy" serta termites yang gendut penuh dengan lemak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun