Mohon tunggu...
Linda Puspita
Linda Puspita Mohon Tunggu... Buruh - Pekerja Migran

Be yourself

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Rindu di Stasiun Blora

26 November 2019   08:53 Diperbarui: 26 November 2019   09:01 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Setya Agung Priyatmaja/id.wikipedia.org

Asap tebal mengepul hitam di udara bermega jingga
Tanda-tanda kedatangan yang ditunggu tiap putaran waktu riuh membelah arah
Ibu menanti berdiri merapal doa-doa di stasiun Blora
Asa terkumpul di kerut wajah dari ceceran rindu yang sewindu pecah
 
Gerbong-gerbong pamer tubuh panjang mulus melaju
Gelap berdebu menutup tepi tapi tetap indah menawan
Di mata ibu mengharap anak kembali ke pangku
Muncul dari satu pintu besi di antara sesak kerumunan

Namun kereta datang dalam kehampaan tanpa harapan
Kosong melompong meski berjubel dipandang orang
Menoreh sayat-sayat luka, perih menyebar di dasar batin
Hampa melambung bebas meninggalkan segala kenang

Lantang bunyi terompet berderu tak pernah kenal waktu
Pergi dan kembalinya tetap sama, itu yang jadi mau
Agar tak ada luka membekas lara di palung kalbu
Tak ada kucuran air mata di wajah ibu yang merindu

Nyatanya anak yang dulu bertolak dibawa kereta
Lugu lusuh tanpa gaya seperti tubuh tua yang membawa
Tak kembali, hilang dimakan jarak jauh menjeda
Tanpa selayang surat berisi kata-kata indah untuk ibu tercinta

Dan rindu membeku di muka stasiun Blora

Hong Kong, 19 Oktober 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun