Asap tebal mengepul hitam di udara bermega jingga
Tanda-tanda kedatangan yang ditunggu tiap putaran waktu riuh membelah arah
Ibu menanti berdiri merapal doa-doa di stasiun Blora
Asa terkumpul di kerut wajah dari ceceran rindu yang sewindu pecah
Â
Gerbong-gerbong pamer tubuh panjang mulus melaju
Gelap berdebu menutup tepi tapi tetap indah menawan
Di mata ibu mengharap anak kembali ke pangku
Muncul dari satu pintu besi di antara sesak kerumunan
Namun kereta datang dalam kehampaan tanpa harapan
Kosong melompong meski berjubel dipandang orang
Menoreh sayat-sayat luka, perih menyebar di dasar batin
Hampa melambung bebas meninggalkan segala kenang
Lantang bunyi terompet berderu tak pernah kenal waktu
Pergi dan kembalinya tetap sama, itu yang jadi mau
Agar tak ada luka membekas lara di palung kalbu
Tak ada kucuran air mata di wajah ibu yang merindu
Nyatanya anak yang dulu bertolak dibawa kereta
Lugu lusuh tanpa gaya seperti tubuh tua yang membawa
Tak kembali, hilang dimakan jarak jauh menjeda
Tanpa selayang surat berisi kata-kata indah untuk ibu tercinta
Dan rindu membeku di muka stasiun Blora
Hong Kong, 19 Oktober 2019