Mohon tunggu...
Linda Puspita
Linda Puspita Mohon Tunggu... Buruh - Pekerja Migran

Be yourself

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dia Bukan Pacarku

2 November 2018   17:36 Diperbarui: 2 November 2018   18:09 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Anggap saja rumah sendiri."

Semenjak dengar ucapan itu, Lala semakin merasa dekat dengan keluarga Ardi. Tak ada perbedaan dari perlakuan mereka.

"Jadi, Lala boleh tinggal di sini, Mi?" Mata bulat Ardi menatap wajah ibunya untuk sebuah jawaban.

Wanita paruh baya bertubuh gempal yang akrab dipanggil umi hanya mengangguk sambil menyungging senyum, mirip sekali dengan milik Ardi. Begitulah pernyataan tetangga tentang mereka.

Ardi refleks teriak kegirangan. Pandangannya berpindah ke wajah polos Lala, gadis yang duduk di sebelah ibunya. Tampak kebahagiaan di sana dan rasa lega kini memenuhi hati Ardi.

"Terima kasih, Umi," seru Lala maraih tangan ibu Ardi lalu menciumnya.

*****

Pagi ini masih sama seperti hari-hari sebelumnya. Anak-anak bermotor pada ribut di parkiran hanya untuk mendapatkan tempat yang teduh saat matahari memuntahkan panasnya nanti. Sampai pernah Ardi memergoki anak yang merasa kuasa di sekolah merogoh kantong untuk parkiran yang nyaman, dan anak sekolah yang kebanyakan haus jajan, baik itu berbentuk quota ataupun makanan, pasti mau menerima uang itu, walau akibatnya dia harus datang pagi-pagi untuk menjaga area yang ditumbuhi pohon beringin tinggi dan rindang agar tidak digunakan orang lain selain ketua geng badung.

Lalu di sepanjang koridor kelas, siswa siswi duduk dan berbagi cerita dengan geng mereka masing-masing. Ada raut ceria, bersemangat, lesu, dan bahkan ada yang tertangkap indra penglihatan Ardi sedang sesegukkan sambil mengutarakan sesuatu, sesekali punggung tangannya menyeka embun yang siap menetes. Satu teman memeluk tubuhnya dari samping kanan sambil menepuk pelan pundaknya.

Percaya atau tidak, tepukkan pelan dengan disertai pelukan akan menimbulkan ketenangan bagi yang ditepuk, mungkin begitu maksud dia melakukan itu pada temannya yang tampak sedih.

Saat suara bel masuk menguasai, anak-anak berlari bagaikan sedang berlomba dengan satpam penjaga gerbang yang memegang teguh kedisiplinan. Satu menit saja terlewat, gerbang tidak akan terbuka sampai guru BP killer datang, meski anak itu merengek minta masuk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun