Mohon tunggu...
Lina M
Lina M Mohon Tunggu... Lainnya - Wisteria

There's gonna be another mountain

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tumbal Orok

8 Januari 2021   11:09 Diperbarui: 8 Januari 2021   11:23 490
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: galeri foto pribadi

Karina mengintip dari jeruji besi di pintu gerbang. Dari situlah Karina menikmati pemandangan luar dari rumah megahnya. Meskipun hanya kecil, ia tahu jika di luar sana cukup ramai, terutama di pagi dan sore hari. Anak-anak kompleks menjadikan pohon Flamboyan di luar pagar rumah Karina menjadi titik kumpul sebelum beramai-ramai bermain di lapangan. Karina terkadang mendengar percakapan mereka yang ternyata suka menggosip, membicarakan isu aneh yang beredar dan bahkan mengghibah. Beberapa hari terakhir, Karina mendengar seorang anak menyebarkan isu jika pernah melihat makhluk berwujud nenek bungkuk bertongkat tulang belakang manusia.

"Mas Dika!" Karina memanggil nama suaminya meski ia sendirian di rumah.

Karina kembali terpekur. Makanan yang disiapkan Dika tadi pagi ditatap dengan penuh benci. Diambilnya sedikit lalu dibuang ke kloset agar nanti jika ditanya sudah makan atau belum, Karina tidak terlihat terlalu berbohong.

"Huhuhuhu....." tangisnya terdengar memelas. Suara itu dipantulkan dinding rumah megah yang seolah mengejek Kirana yang kian terpuruk.

"Sayang," panggil Dika begitu sampai rumah. Ia menyalakan lampu yang masih padam kemudian membelai Kirana lalu merengkuhnya dengan mesra. Suasana menjadi sedikit tenang, namun di tengah malam Dika terbangun oleh suara tangisan Kirana, tangisnya nyaring dan dalam. Setiap kali tersedu, hati Dika seakan disayat sembilu.

"Kirana," panggil Dika lembut. Ia menutup tirai jendela yang terbuka agar istrinya berhenti memandang keluar.

"Mengapa aku keguguran lagi?" Pertanyaan itu terus membayangi Kirana.

Dua hari yang lalu ia keguguran untuk kesekian kalinya di usia pernikahan mereka yang ke-sepuluh. Sejatinya ia sudah berhati-hati setiap kali berhasil hamil mulai dari mengambil cuti kerja, makan-makanan bergizi, olahraga teratur hingga didampingi dokter terbaik yang sangat memperhatikan perkembangan kehamilan Kirana.

Kirana heran. Berbagai kemungkinan sudah diperiksa oleh dokter dan hasilnya ia tidak memiliki masalah atau hambatan untuk memiliki buah hati. Mengapa ia selalu keguguran setiap kali hamil? Ia sampai merasa tidak berguna di depan Dika, merasa hancur ketika mengetahui dirinya gagal.

Betapa geramnya ketika melihat berita bayi yang dibuang di tempat sampah oleh orang tuanya sendiri. Ia pun begitu iri melihat teman sebayanya sudah memiliki anak di usia pernikahan mereka terbilang masih muda. Sementara dirinya telah sepuluh tahun menikah masih terasa hampa. Rumah megah dan kesuksesan karir seolah tak berguna dan terasa hambar.

Kirana pernah mengatakan pada Dika untuk mengadopsi anak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun