Mohon tunggu...
Lina M
Lina M Mohon Tunggu... Lainnya - Wisteria

There's gonna be another mountain

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Si Gadis Hering

12 Februari 2020   12:10 Diperbarui: 13 Februari 2020   18:25 363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi anak perempuan. (sumber: KOMPAS/LAKSONO HARI W)

Aku berjalan tertatih-tatih ke kantin. Seketika semua anak yang ada di kantin melihatku berdiri di pintu. Aku acuh pada tatapan mereka. Baru selangkah aku berjalan kulihat mereka mulai berteriak ketakutan. Mereka meninggalkan kantin tanpa memakan habis makanannya.

Namun, mereka berdesakan di depanku karena tidak berani melewatiku yang berdiri angkuh di pintu sempit itu. Aku terkekeh memperlihatkan anak tekak dan gigiku yang penuh biji cabe. Tanganku kurentangkan siap mencengkeram siapa yang akan lewat.

"Hayooo!! Kalian mau lewat mana? Hahahaaa...."

Aku maju jalan. Aku menyeruak kerumunan itu tanpa harus ada bodyguard di sampingku. Sayapku melebar selebar-lebarnya. Rambutku bergerai ke sana-ke mari terkena angin seperti adegan di tv ketika memperlihatkan artis cantik yang membuat orang-orang terpukau.

Aku menyempatkan diri melirik kepada gerombolan Kakak kelas laki-laki yang sering kujuluki boy band Korea. Mataku reflex mengedip kepada Roy. Roy yang katanya paling pinter main gitar dan punya badan sixpack. Dia berlagak tidak melihatku.

"Mata kamu kebalik ya? Ada aku di sini lho. Sini liat aku aja. Yuk temenin aku makan siang. Tadi pagi aku nggak sarapan. Jadi siang ini aku harus makan banyak. Heheheee...."

Tiba-tiba semua anak di situ pergi. Suasana kantin sepi senyap. Aku menoleh kesana kemari keheranan. Aku berjingkat memesan makanan kepada penjaga kantin yang seketika memakai masker dan sapu tangan. Ketika aku mulai makan, AC dan kipas angin pun dimatikan.

"Mbak, besok mending makan di kamar mandi aja. Saya mau kok delivery ke sana. Soalnya kalau Mbak Kika kesini kantinnya jadi nggak laku. Kan Mbak Kika bau. Mana ada yang mau makan di sini? Ini kalau udah selesai makan Mbak Kika bisa pergi kok. Jangan lama-lama di sini. Hi.... "

Aku cuek mendengar celoteh dari penjaga kantin itu. Aku menyuap makanan besar-besar ke dalam mulutku. Tak heran banyak makanan berserakan di baju dan lantai.

"Bu, kok dagingnya kayak udah busuk. Ini jangan-jangan bangkai?" Aku berteriak ketika mengendus paha ayam. Namun aku tak ambil pusing. Kumasukkan sekali makan ke dalam mulut dan kukuliti. Begitu keluar dari mulutku hanya berupa tulangnya saja.

"Itu bau badan Mbak Kika. Dagingnya enak kok. Enak aja!" sahut pelayan kantin itu ketus. Telingaku mulai panas mendengar jawabannya yang membuatku mual. Aku meninggalkan kantin begitu saja sekalipun mereka berteriak uang kembalianku ketinggalan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun