Mohon tunggu...
Lina WH
Lina WH Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

• Ibu dari seorang anak laki-laki, Mifzal Alvarez.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Cerita Anak | Sahabatku

15 Maret 2019   14:59 Diperbarui: 15 Maret 2019   15:43 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Saat pulang sekolah aku selalu bareng dengan Reza, tetanggaku yang juga sahabatku. Rumah Reza tepat di samping rumahku. Namun, aku dan Reza sangat berbeda.

Orang tuaku kaya raya, sedangkan orang tua Reza serba pas-pasan. Ayah Reza seorang kuli bangunan yang bekerja jika sedang ada proyek. Jika tidak ada proyek, hanya menganggur saja. Sedangkan Ibu Reza hanyalah seorang kuli cuci. Tetapi, aku tidak pernah memandang perbedaan itu.

Aku selalu menganggap, Reza itu sahabat terbaikku. Selalu ada saat aku sedang membutuhkannya. Reza tidak pernah sedikitpun menyakitiku. Jika Reza dengan tidak sengaja melakukan itu, Reza akan segera meminta maaf kepadaku.

Dari Reza, aku belajar kesederhanaan, ketulusan, kasih sayang dan juga kemandirian. Aku selalu makan daging dan makanan mewah setiap hari, sedangkan Reza bisa makan soup saja sudah senang dan bersyukur. Dulu aku mempunyai kebiasaan buruk yaitu tidak menghabiskan makanan yang sudah tersaji di piringku.

Biasanya aku tidak mau jika menu makananku ada brokoli, wortel, dan juga sayuran lainnya. Untuk nasi yang aku makan pun juga sangat sedikit. Suatu hari, aku bercerita kepada Reza jika aku selalu dimarahi ibuku karena selalu menyisakan makanan di piringku.

Lalu dengan sedih Reza berkata kepadaku, "Laras harusnya kamu bersyukur bisa makan makanan lezat dan bergizi setiap hari. Dan menu makanan pun selalu berganti setiap hari. Sedangkan aku? Aku tidak pernah makan seenak dan semewah itu. Bisa makan sayur soup tanpa brokoli pun aku sangat bersyukur. Aku belum pernah makan brokoli, Laras. Padahal aku menginginkan itu. Tapi, kata ibuku brokoli itu mahal. Makanya aku tidak pernah minta brokoli."

Sungguh, kata-kata Reza waktu itu membuatku tersadar atas nikmat yang aku miliki. Oh iya, jika sudah pulang sekolah aku tidak main lagi sama Reza. Karena aku banyak les privat. Sedangkan Reza sibuk membantu pekerjaan rumah ibunya. Reza tidak pernah ikut les apapun, apalagi les privat. Tetapi Reza tetap siswa dengan nilai baik di kelas. Bahkan nilai Reza di atas nilaiku.

Ayah dan ibuku tidak melarangku untuk bersahabat dengan Reza. Malah ayah dan ibuku senang melihat persahabatan kami. Karena kata ibuku, persahabatanku dan Reza banyak menghadirkan nilai positif dalam keseharianku.

Selesai... 

Ditulis oleh Lina WH 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun