Mohon tunggu...
Lina WH
Lina WH Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

• Ibu dari seorang anak laki-laki, Mifzal Alvarez.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pupus

7 Desember 2018   11:19 Diperbarui: 7 Desember 2018   12:31 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto : today.line.me/id

Hidup memang penuh warna dan juga penuh pengorbanan. Mencintaimu juga perlu pengorbanan. Ketika rasa cinta kepadamu sudah mulai bersemi, ketika itulah aku bersedia berkorban apapun demi kamu. Sungguh, itu tulus dari hatiku, karena hatiku sudah terlanjur mencintaimu.

Hari demi hari yang aku lewati, selalu aku menginginkan kamu untuk selalu bersamaku. Tapi semua itu hanya angan yang entah kapan akan menjadi kenyataan. Ketika aku membayangkan wajahmu, ah anganku melayang entah ke mana. Dan berandai, jika suatu saat nanti kamu dapat meluluhkan separuh hatimu untukku.

Aku sering berkata dan menuliskan kalimat, "Aku rela mati demi kamu." Tapi betapa bodohnya aku ya! Padahal di luar sana masih banyak wanita lain yang mungkin lebih tulus mencintaiku. Tapi, hatiku hanya memilih kamu untuk menjadi separuh jiwaku.

Terkadang aku juga berfikir untuk menjauhimu sekaligus melupakanmu saja. Sayangnya, hal itu tidak dapat aku lakukan. Mendekati wanita lain, ternyata bukan solusi untuk membohongi hatiku yang sudah terlanjur mencintaimu.

"Kenapa hatiku tidak bisa mencintai yang lain, Tuhan?"

Aku sungguh tersiksa dengan rasa ini, pupus hingga hancur rasa ini. Hingga akhirnya aku hanya bisa pasrah dan berserah, "Tuhan, jika dia milikku luluhkanlah hatinya untuk secepatnya mencintaiku dan jika dia bukan milikku jauhkanlah dia dariku hingga aku terlepas dari cinta ini. Hingga akhirnya nanti aku akan bertemu dengan cinta lain yang tidak lagi menyiksa."

Harusnya aku sadar, jika aku bukanlah sesuatu yang indah baginya. Harusnya hatiku tahu, jika tak perlu mencintai sejauh itu. Karena itu menyiksa, iya menyiksa. Cinta tak terbalas itu sangat menyiksa. Cinta yang terabai itu menyiksa.

Ah, sudahlah! Aku hanya akan menjadi temanmu saja. Teman kala kamu sedih. Teman kala kamu kesepian. Bahkan aku rela jika kamu hanya menjadikanmu ojek saja. Iya, ojek yang rela dan ikhlas mengantar ke mana pun kamu mau.

Mungkin dengan begitu, pada akhirnya kamu akan luluh dan tulus membalas cintaku.

SELESAI...

Lina WH 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun