Mohon tunggu...
Lim Hendra
Lim Hendra Mohon Tunggu... Guru - Dosen, Pelatih dan Pembicara

Sedang belajar untuk menjadi lebih baik setiap hari

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

(Inspirasi Senin Pagi) Senin 14 Maret 2016

14 Maret 2016   08:38 Diperbarui: 14 Maret 2016   09:35 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Selamat pagi
 Salam Senin pagi.
 Senin baru Kesempatan baru

 

Terbang dalam selisih waktu kurang dari 12 jam itu cukup melelahkan. Malamnya baru tiba di rumah, besok pagi sudah harus ke bandara. Sebagian teman malah ada yang mengatakan kalau saya naik pesawat kayak naik becak. Itu tidak betul karena naik becak tak perlu beli tiket, ke bandara, cek ini, pake seatbelt dan yang pasti lebih sebentar dan lebih murah. Memang ada saatnya lelah menghinggap karena terlalu sering mondar mandiri ke bandara. Ia mampir sebentar untuk menggoda pikiran untuk mengeluh. Kadang si pikiran kalah, tapi hanya sebentar. Rasa syukur buru-buru memeluk dan menenangkan.  Ia mengingatkan bahwa tak  semua orang bisa bekerja dan melayani sesuai dengan nilai yang ia yakini. Tugas pelayanan juga buah dari kepercayaan orang banyak dan pengakuan atas karya-karya berkualitas yang telah dihasilkan.  Untuk itu semua, syukur dan terimakasih adalah dua kata untuk menambah berkah yang sudah ada.

 

Ngomong-ngomong, tulisan di artikel ini memang tak punya tujuan tertentu. Ia sengaja melanggar kaidah penulisan artikel dimana setiap artikel itu harus punya satu tema dan tujuan tertentu. Mohon maaf, tapi tulisan ini tidak. Ia adalah kumpulan paragraf yang kadang menyatu dengan paragraf berikutnya. Di lain kesempatan, ia juga hanyalah satu paragraf tunggal berisi satu ide khusus. Mudah-mudahan ini tak melanggar kenikmatan membacanya dan juga inspirasi dan pesan yang ingin dibagikan.

 

Alat komunikasi saat ini semakin canggih. Alat canggih tidak menjanjikan komunikasi ikut canggih.  Ponsel pintar tak serta merta membuat pemiliknya jadi pintar.  Prinsip "the man behind the gun" tetap berlaku. Secara sederhana komunikasi pintar berarti cara cerdas agar makna pesan yang dikirimkan diterima 100 persen sama. Ada dua kunci penting di sini yaitu makna pesan dan cara cerdas. Pastikan pesan yang ingin disampaikan maknanya jelas. Percuma punya teknologi canggih jika pesannya saja tak jelas. Pesan tak boleh mendua; apalagi pake kode. Wanita biasanya punya kebiasaan ini, khususnya saat berkomunikasi dengan lawan jenis. Mereka lupa bahwa pria tak mudah menangkap kode yang dikirimkan. Akibatnya pun bisa fatal. Pesannya A tapi yang dikirimkan wanita adalah B. Tak heran jika salah-komunikasi rajin terjadi antara pria dan wanita.

 

Di momen sesuatu terbentuk, di momen itu pula ia mulai terurai untuk kemudian lenyap satu hari nanti. Alam sudah mengajarkan kita ini setiap pagi. Tatkala matahari terbit dan menerangi dunia, detik itu juga ia memulai perjalannya untuk tenggelam. Manusia juga sama. Di detik kelahiran, detik berikutnya ia memulai perjalanannya menuju kematian. Apa pun sukunya, rasnya, agama orangtuanya, status sosial dan harta keluarganya, tak ada seorang pun yang mampu menghindari dari kenyataan ini hingga sekarang. Anda, saya, dan seluruh manusia di muka bumi ini berjalan di rel kehidupan untuk tiba di gerbang kematian. Bekal apa yang kita bawa nanti itulah yang penting. Sayangnya, perjalanan di balik gerbang kematian masih tetap misterius sampai sekarang. Bahkan mungkin tak akan pernah terpecahkan lewat kecanggihan teknologi manusia.

 

Gerhana Matahari Total luar biasa indahnya. Ia membuat tempat yang dilewati bulan untuk menghalangi matahari menjadi gelap selama dua menit di tengah teriknya siang. Amazing alias menakjubkan. Ajaib dan langka. Tak semua orang pernah merasakan momen itu. Beruntung pekerjaan dan tugas menghadiahkan kesempatan ini. Meskipun Palembang berawan dan momen ketika Gerhana Total yang sempurna luput dari pandangan, indahnya pasca gerhana sempurna masih bisa dinikmati. Hati tetap senang dan gembira. Bersungut juga tak membuat awannya minggir. Tak seorang pun mampu mengendalikan alam. Tugas kita bukan mengaturnya tapi memahaminya agar mampu hidup selaras dengannya.  Bicara tentang tidak mengatur alam, kita ini kerdil dan kosong di tengah jagat raya yang maha luas. Ada hal-hal yang kita bisa kuasai dan kendalikan tapi hal-hal yang membuat kita takluk tak berdaya juga banyak; bahkan lebih banyak. Makanya jadi manusia tak perlu sombong. Sedikit kesuksesan yang pernah diraih juga berkat dukungan dan kerja orang lain juga. Tak seorang pun mampu bekerja sendiri di dunia. Superman hanya ada di komik, tv dan film. Batman pun butuh bantuan Alfred dan Robin.

Terima kasih telah membaca.

Semoga memberi inspirasi untuk Anda

 

 

 

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun