Mohon tunggu...
Limantina Sihaloho
Limantina Sihaloho Mohon Tunggu... Petani - Pecinta Kehidupan

Di samping senang menulis, saya senang berkebun, memasak (menu vegetarian), keluar masuk kampung atau hutan, dan bersepeda ontels.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Strawberry-ku :)

8 Desember 2009   09:54 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:01 513
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Barusan saya memotret strawberry saya di halaman halaman belakang. Cuaca baik hari ini, tadi mau hujan tetapi hanya gerimis sedikit. Sebelum berkebun sebentar lagi, saya mau berbagi 'sejarah' hehe, strawberry saya pada Anda. [caption id="attachment_35174" align="alignleft" width="300" caption="Strawberry saya sedang berbuah di halaman belakang. (LTS)"][/caption] Saya pikir, "He, mengapa pulak hanya manusia yang punya sejarah ya? Mengapa strawberry tidak?" Sejarah Strawberry-ku Bulan Februari tahun ini saya berada di Parapat, dekat Danau Toba nan indah itu. Bagi Anda yang sudah pernah ke Danau Toba, tahu kan maksud saya? Bagi yang belum, saya mengundang Anda datang ke sana (bayar sendiri, hehe...). Suatu pagi, saya jalan-jalan ke arah gunung yang ada dekat hotel Patrajasa. Dari lokasi hotel ini, persis di bukit, duh, indah nian pemandangan ke arah barat sana: Danau Toba. Dalam perjalanan pulang dari bukit itu, saya melewati sebuah rumah di mana berderet strawberry dalam polibeg (polybag?) berwarna hitam. Seorang bapak berada di halaman. Itulah, kalau sudah urusan tanaman, saya kadang nggak tahu malu, nekad saja. Saya datangi si bapak dan tanpa basa-basi, "Wah, bagus sekali strawberry ini Pak!" puji saya dengan rasa kagum dan ingin punya juga strawberry macam itu. Kami berbagi cerita. Si bapak menceritakan bahwa dia membawa beberapa strawberry dari Jawa Barat. Lalu menanamnya di Parapat. [caption id="attachment_35175" align="alignright" width="236" caption="Buah strawberry saya; walau kecil tapi indah nian...:) (LTS)"][/caption] Si bapak agak keberatan memberikan sepokok strawberrynya untuk saya tanam karena menurutnya kalau saya tanam di Siantar, tidak akan berbuah. Saya bilang, "Okelah, saya akan bawa ke Urung Panei." Urung Panei kampung kami di dekat Simarjarunjung, udaranya ya mirip Bogor-lah. Jadi cocok untuk strawberry berkembang-biak dan berbuah. Saya masih di Parapat sampai tiga hari berikutnya. Saya siram-siramlah strawberry yang diberikan bapak itu yang ada dalam gelas plastik aqua kecil. Saya taroh di dekat jendela kamar agar kena sinar matahari. Lalu saya bawa ke Siantar. Saya tanam dalam pot. Sejak itu, anak-anak strawberry sudah banyak, ada sekitar 300-an. Dari satu pokok telah menjadi 300-an itu. Sebagian kami bawa ke kampung, sebagian diminta teman. "Janji lo ya harus ditanam?" Saya suka bilang begitu pada yang minta anak strawberry pada saya. Menanam sesuatu itu seperti mencintai seseorang; harus dengan segenap hati. Hahaha...! Kalau tidak, ya tidak begitu berhasil. Tanaman akan merana sendiri. Jangan kira cuma manusia yang merana, tanaman juga bisa merana. [caption id="attachment_35177" align="aligncenter" width="266" caption="Yang ini lumayan besar; yang pasti semua enaks. (LTS)"][/caption] Saya belajar banyak dari tanaman; mereka berbicara dengan bahasanya sendiri: bahasa keindahan. ***

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun