Mohon tunggu...
Limantina Sihaloho
Limantina Sihaloho Mohon Tunggu... Petani - Pecinta Kehidupan

Di samping senang menulis, saya senang berkebun, memasak (menu vegetarian), keluar masuk kampung atau hutan, dan bersepeda ontels.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Hentikan Menguliti Ular...!

3 April 2010   22:26 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:00 540
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

[caption id="attachment_109862" align="alignleft" width="218" caption="(Sumber: http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/04/03/03482810/eksotisme.tas.kulit.ular)"][/caption] Selain tas, Tina juga mengolah kulit ular dan biawak menjadi sepatu, dompet, sabuk, topi, sarung telepon seluler, dan tempat kartu nama. Di rumahnya, taplak meja Tina juga terbuat dari kulit ular. Sumber: Kompas Cetak Edisi 3 April 2010 Eksotisme tas kulit ular. Menguliti ular dan biawak untuk membuat sepatu, dompet, sabuk, topi, sarung telepon seluler, tempat kartu nama bahkan taplak meja? Membayangkan duduk di sebuah rumah, di ruang tamu sebuah rumah yang mejanya bertaplak meja terbuat dari kulit ular bena-benar membuat saya mau muntah. Membaca informasi ini saja membuat perut saya mual. Membayangkan kulit ular menjadi taplak meja. Tinggal beberapa langkah lagi: manusia pun akan sanggup menjadikan kulit manusia menjadi taplak meja. Kenapa tidak? Kekejaman terhadap sesama mahluk hidup lainnya berkorelasi dengan kekejaman terhadap sesama manusia. Manusia merasa berhak merusak apa saja yang ada di alam ini dan mengeksploitasinya. Sebagian umat beragama yakin bahwa kekejaman manusia terhadap hewan dan mahluk hidup lainnya mempunyai hubungan yang sangat erat dengan kekejaman manusia terhadap sesamanya manusia. Sekedar catatan tambahan dan ini bukan fitnah ya: Saya menuliskan respon sebab tersedia kolom respon di Kompas Cetak online berkaitan dengan tulisan di atas kemarin. Informasi yang saya terima begitu klik send adalah agar menunggu sebab Kompas Cetak akan melakukan moderasi. Sampai sekarang, saya tidak melihat apapun di kolom moderasi. Tentu, saya hormat pada Kompas sebagai sebuah media massa yang kredibel. Rasa hormat ini yang mendorong saya menuliskan postingan saya ini dan juga postingan sebelum ini berkaitan dengan ular: Catatan untuk Kompas Edisi Hari Ini. Menerbitkan tulisan seperti yang terdapat di Kompas Edisi 3 April 2010 hal. 21 itu menurut saya mendorong manusia bersikap rakus dan tidak beretika terhadap hewan. Jangan pikir pula hanya manusia yang perlu etika dan kebaikan sementara hewan tidak. Hewan bukan untuk kita eksploitasi seenak udel kita. Mereka punya hak-hak dasar untuk hidup. Lagi pula, keberadaan hewan-hewan itu di Bumi ini bukan tanpa maksud; mereka menjaga keseimbangan ekologis untuk menjamin kelangsungan hidup kita juga. Ingat, sudah lama ada PETA,  People for the Ethical Treatment of Animals; http://www.peta.org.*** Catt: Dalam waktu dekat, saya akan melaporkan ini ke Greenpeace dan PETA! Greenpeace Indonesia paling tidak bisa berkunjung ke rumah Tina Sofa untuk melihat secara langsung taplak mejanya yang terbuat dari kulit ular itu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun