Mohon tunggu...
Limantina Sihaloho
Limantina Sihaloho Mohon Tunggu... Petani - Pecinta Kehidupan

Di samping senang menulis, saya senang berkebun, memasak (menu vegetarian), keluar masuk kampung atau hutan, dan bersepeda ontels.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Ada Bule Buang Sampah Sembarangan di Danau Toba

23 Januari 2010   20:03 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:18 1263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Parapat, 9 Januari 2010 [caption id="attachment_59701" align="alignleft" width="300" caption="Parapat, 9 Januari 2010: Bule yang sedang makan jeruk (yang berambut pirang dan panjang tergerai) membuang kulit dan biji jeruk yang dimakannya ke dalam Danau Toba. (Foto oleh: LTS)"][/caption] 9 Januari bulan ini, saya dan adek saya naik kapal dari Parapat menuju Tuktuk Samosir yang merupakan salah satu daerah tujuan wisata terutama bagi para turis manca negara. Kami masih sempat duduk-duduk beberapa menit di atas kapal sebelum kapal yang kami tumpangi melaju. Saat duduk itulah, saya terkejut sekaligus jengkel memperhatikan seorang bule yang makan jeruk. Bule ini dengan seenaknya saja membuang kulit dan biji jeruk yang dimakannya ke dalam air, ke dalam danau padahal, di dalam kapal ada tempat sampah. Dalam hati saya, "Iiih, sembarangan amat kawan ini buang sampah dengan cara seperti itu! Ini bule apaan sih?" Tiba di Tuktuk, saya bercerita kepada Merdi Sihombing soal bule di atas. Merdi bilang, "Kenapa Ito nggak ngomong langsung ke dia?" [caption id="attachment_59705" align="alignright" width="300" caption="Danau Toba, salah satu anugrah yang paling besar bagi tidak hanya penduduk di seputar Danau ini tetapi juga bagi Dunia. Keindahan ini janganlah kita biarkan bernoda. (Foto oleh: LTS) "][/caption] Waktu saya memperhatikan si bule yang makan jeruk dan membuang kulit dan bijinya ke dalam danau seolah-olah tanpa rasa bersalah, sebenarnya waktu itu ada dorongan untuk mendatanginya tetapi dalam waktu yang sama, ada juga dorongan untuk tidak melakukannya dengan alasan: saya kan orang lokal, nanti dikira saya tak sopan dan tak baik pada tamu. Saya duga, dia akan malu kalau saya mengingatkannya agar tidak membuang sampah ke dalam danau. [caption id="attachment_59702" align="alignleft" width="300" caption="Dalam kapal di mana kami berada ada tempat sampah tetapi si bule memilih membuang sampahnya ke dalam Danau Toba seolah-olah Danau Toba itu adalah tempat sampahnya. (Foto oleh: LTS)"][/caption] Selama ini ada kesan seolah-olah orang lokal yang punya kebiasaan membuang sampah sembarangan ke dalam danau sedangkan orang-orang bule, turis manca negara apalagi berkulit putih adalah orang-orang yang bersih, yang tidak akan membuang sampah secara sembarangan ke dalam danau. Saya tak bisa bayangkan kalau saya berada di Eropa lalu melakukan hal yang sama dengan apa yang dilakukan oleh kawan itu, membuang sampah sembarangan. Setelah melihat langsung apa yang terjadi di hadapan saya dalam perjalanan ke Tuktuk 9 Jan 2010 lalu itu, saya jadi bertanya, "Bule-bule yang datang ke Samosir ini bule-bule jenis apa sih?" Mereka ini orang-orang berpendidikan di negaranyakah atau orang-orang gembels? Mimpi Gadis Tuktuk Di Tuktuk, ada sebuah test-case yang menarik. Merdi, Taufik, Toch (adek saya) dan saya sedang mengobrol bersama. Lalu seorang pelayan di restoran di mana kami istirahat sejenak sebelum melanjutkan perjalanan ke Lumban Suhi datang membawakan minuman yang kami pesan. "Ayo kita buktikan Ito, kita tanya apa mimpi perempuan-perempuan yang ada di Tuktuk ini," begitu kata Merdi. Pelayan yang membawakan teh tiba dan meletakkan di meja minuman yang kami pesan. "Ito", sapa Merdi kepada pelayan itu, "apa mimpimu?" Terkejut juga saya mendengar jawaban pelayan itu, "Kawin dengan bule!" Merdi melanjutkan pertanyaannya, "Kenapa harus kawin dengan bule?" Pelayan itu lalu menjelaskan bahwa keinginannya untuk kawin dengan bule adalah dalam rangka memperbaiki perekonomiannya. [caption id="attachment_59704" align="alignright" width="300" caption="Tuktuk, salah satu tujuan wisatawan manca negara yang penting di Samosir. (Foto oleh: LTS) "][/caption] Kami sepakat bahwa Tuktuk Samosir adalah sebuah tempat yang menarik dan patut untuk diteliti oleh para peneliti sosial dan budaya; bagaimana turisme memberikan manfaat bagi penduduk di sini: apakah memang benar-benar bermanfaat bagi penduduk lokal kebanyakan. Informasi yang saya dengar yang masih tentu sangat perlu untuk diteliti dan dibuktikan: Bule-bule yang sudah tua menikah dengan gadis-gadis lokal dan mereka membeli tanah di Tuktuk. Gadis-gadis lokal nampaknya senang menjadi istri bule walau si bule sudah kakek-kakek? Bule-bule macam apa yang datang ke Samosir? Apakah mereka orang-orang berpendidikan yang ketika berada dan setelah meninggalkan Samosir mampu memberikan manfaat bagi kemajuan turisme secara positif di Samosir? Salah satu cara untuk mengembangkan pariwisata di Samosir adalah menjadikan para turis itu partner kerja oleh berbagai pihak termasuk masyarakat yang bergerak dalam bidang pariwisata di Samosir; para turis yang memang punya pendidikan dan perhatian pada kemajuan peradaban universal yang tidak datang ke Samosir atau Indonesia sekedar berhedonisme apalagi buang sampah sembarangan seperti kawan yang satu itu. ***

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun