Mohon tunggu...
Lily Arissa Maharani
Lily Arissa Maharani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga

English Literature UA

Selanjutnya

Tutup

Surabaya

Kata Pedagang Soal Ekowisata Pantai Kenjeran Surabaya

29 Juli 2022   18:16 Diperbarui: 29 Juli 2022   18:32 553
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Surabaya. Sumber ilustrasi: KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA

Pantai Kenjeran kini kembali hidup seiring dengan adanya segenap regulasi yang merupakan tindak lanjut kebijakan new normal. Para pedagang di wilayah Pantai Kenjeran pun kembali bersemangat menjajakan dagangannya. Kami melakukan wawancara pada pedagang dengan rentang umur antara 19 - 60 tahun dengan okupansi sebagai pedagang kaki lima yang berjualan cinderamata dan makanan mengenai keadaan dagangannya saat ini.

Menurut penuturan salah satu pedagang setempat bernama Umar (19),  keadaan dagangannya sudah jauh membaik dari masa masa awal pandemi, namun tidak lebih baik dari keadaan sebelum pandemi. Hal ini juga dirasakan oleh pedagang-pedagang lainnya. 

Para pedagang disekitar Pantai Kenjeran sebagian besar adalah masyarakat menengah ke bawah dimana mereka lah yang paling terkena dampak ekonomi pandemi Covid- 19 ini karena ketergantungan mereka pada wisatawan pantai. Saat pandemi pun memang pantai ini ditutup selama kurang lebih 12 bulan demi menghindari penyebaran Covid-19. Mereka menjelaskan bahwa omset sebelum pandemi lebih banyak daripada saat pandemi karena adanya kebijakan pembatasan yang dilakukan oleh pemerintah. Saat ini mereka menjelaskan bahwa dagangan mereka hanya ramai di hari Sabtu dan Minggu.

"Dulu penghasilan saya perhari bisa Rp500.000 tapi sekarang cuma sekitar Rp150.000 - Rp200.000 aja paling pol." kata Pak Kurnain (48), pedagang rujak. 

Bisa dibilang pedagang tidak dapat melakukan apapun untuk keluar dari kondisi sulit secara ekonomi selama pandemi dan hanya dapat berpasrah pada saat itu. 

Di sisi lain beberapa pedagang menyebutkan bahwa kebijakan pemerintah dalam membantu mereka sangat bermanfaat dan sudah tepat. Salah satunya dengan adanya Bantuan Langsung Tunai (BLT). Contohnya Ibu Mujiati (52) yang sangat bersyukur telah mendapat bantuan BLT sejumlah Rp600.000.

Namun, seorang pedagang lain mengeluh karena dirinya tidak mendapat bantuan yang layak bahkan tidak menerima bantuan sama sekali, seperti yang disampaikan Ibu Tika (33), 

"Teman-teman yang dagang ini dapat BLT, tapi saya ndak dapat." ujarnya. 

Ibu Tika berkata bahwa beliau sampai saat ini tidak mengetahui alasan dibalik tidak diberikannya BLT pada beliau. 

pernyataan lain mengenai Bantuan Langsung Tunai (BLT) kembali diutarakan oleh Ibu Mujiati, beliau berkata bahwa memang benar BLT sejumlah Rp600.000 telah diberikan namun pada bantuan berikutnya beliau mendapat BLT dengan selisih 50% dari bantuan sebelumnya yakni Rp300.000.

Adapun salah satu pedagang di pusat oleh-oleh Pantai Kenjeran bernama Ibu Siti(61) yang menyebutkan bahwa beliau tidak mendapatkan bantuan dari pemerintah melalui BLT namun berupa pinjaman modal, selain itu beliau juga mendapat bantuan dari Bank BRI sebanyak RP1.200.000.

Beberapa pedagang juga mengutarakan keluh kesah akan pembagian tempat berdagang yang kurang adil. Diketahui bahwa ada stan khusus untuk para pedagang yang disediakan oleh pemerintah namun yang diizinkan untuk menggunakan fasilitas ini adalah penduduk dan pedagang setempat (daerah Kenjeran) untuk para pedagang yang berasal dari luar daerah Kenjeran maka hanya diperbolehkan berdagang di tepi jalan saja. 

Banyak sekali dampak yang ditimbulkan akibat pandemi covid 19 ini, dampak kesehatan, pendidikan, sosial, dan ekonomi. Dalam hal ekonomi di indonesia saat ini, banyak harga kebutuhan yang naik sementara penghasilan berkurang. Bagi mereka yang bergantung pada penghasilan di sektor pariwisata mereka cukup kesusahan, dikarenakan penghasilan mereka berpatok pada pengunjung yang datang berpariwisata, sementara akses pariwisata ditutup oleh pemerintah. 

Para pedagang menjelaskan bahwa semasa pandemi kondisi yang sepi merata dan tidak terjadi hanya kepada dagangannya saja namun juga kepada pedagang lainnya. Beberapa pedagang yang lain menjelaskan bahwa ada beberapa hal seperti naiknya harga minyak goreng di pasaran yang membuat mereka harus merugi ataupun beralih jenis dagangan demi memperoleh keuntungan. Sampai pada saat ini belum ada kejelasan pasti untuk menanggapi hal ini, namun pemerintah sudah melakukan langkah baik perlahan membuka kembali sektor pariwisata, membuat pelaku usaha di sektor pariwasata dapat beradaptasi kembali di kala normal yang baru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Surabaya Selengkapnya
Lihat Surabaya Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun