" DUDUK BERSANDAR DI KURSI GOYANG "
Duduk bersandar di kursi goyang,
tubuh berserah pada gerak waktu yang melayang,
mata memandang jauh, berusaha mencari bayang samar,
menembus kabut senja yang perlahan memudar.
Di antara angin yang berbisik lembut membelai,
membawa memori lama musim yang terpendam,
di helai rambut yang telah memutih, usia telah meniti,
menjemput masa menuju kelam malam.
Kala telah menutup warna mentari yang beranjak pergi,
hanya bisa menghela nafas mengingat kenangan,
tak terasa semua seperti air yang mengalir di antara jemari,
masa muda yang dulu berlari, kini hanya duduk sendirian.
Sembari membaca ulang lembaran catatan pengumpul rindu,
segala tawa, tangis, yang tersimpan rapi dalam kalbu,
bagai daun kering gugur yang terserak di pojokan celah jiwa,
namun tetap menyimpan cerita yang abadi di dinding ruangnya.
Sambil mendengarkan buaian senandung masa itu,
yang lembut merayu, perlahan mengalun mengharu biru,
halus menyentuh relung nurani yang tersembunyi dan sunyi,
di setiap irama yang membangkitkan nostalgia kisah hati.
Tuk mengajak kembali menari dalam dimensi ingatan,
merengkuh ulang satu persatu kumpulan persepsi momen,
seraya membayangkan saat kau tersenyum memperkenalkan diri,
di pertemuan yang menggetarkan detak jantung ini.
Hingga terpejam di akhir perjalanan ini,
saat yang ingin kutemukan kedamaian nyata sanubari,
karena ku tahu setiap detik yang terlewat adalah anugerah,
harta tak ternilai dunia di jejak terindah.
Mojokerto, 23 Maret 2025
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI