Namun sayang, ternyata dokter jaga hari itu sedang keluar menjemput anaknya sekolah. Lalu bagaimana dengan anakku yang sedang kritis, yang dia bilang tadi sudah stabil keadaannya.
Anakku kembali diperiksa, denyut jantungnya mulai melemah dan di tempelkan alat penghentak jantung, aku sudah berteriak-teriak ketika suamiku datang, Diapun kaget, mengapa sampai terjadi demikian. Berulang kali alat penghentak jantung  itu dicoba ditempelkan di dada anakku. Namun takdir berkata lain, ku lihat jari-jari  kaki anakku ada gerakan biru yang berjalan merayapi kakinya, pahanya, badannya dan terakhir detak jantungnya,......dan tuuuuut ........bunyi alat pengecek detak jantung, yang menandakan jika jantung anakku berhenti.
Suamiku yang sedang mengaji terus mengaji semakin keras, menahan tangis. Aku terpaku di samping anakku yang sedang diambil ruhnya oleh yang maha kuasa. Ku terduduk lemas, takada kata yang bisa kuucapkan selain airmata yang terus berderai.
Anakku buah hatiku, walau kau telah tiada, akan tetapi kenangan indah bersamamu akan terus terkenang di hati ayah  ibu dan kakak-kakakmu. Semoga kamu bahagia di alam sana bersama sang kuasa yang lebih mencintai dan menyayangimu.
Suamiku langsung memberitahu Bamin di kantornya, keluarga dan ambulan. Baminpun datang bersama ustadz ujang, anakku langsung dimandikan dan dikafani. Aku masih diam terpaku dalam kesakitan hati yang begitu dalam. Anakku, kamu benar-benar ditemani papahmu dari mulai hamil,lahir hingga meninggal.