Mohon tunggu...
lilis ernawati
lilis ernawati Mohon Tunggu... Dosen - Saya seorang guru/dosen yang saat ini sedang aktif di grup menulis, inovasi pembelajaran dan public speaking. Saat ini sudah berhasil membuat 9 buku antologi dan aktif mengikuti lomba-lomba menulis di beberapa link

Saya mengenyam pendidikan dasar, menengah dan atas di kota kelahiran kuningan. Sedangkan pendidikan tinggi di kota garut

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Aku dan Anakku

12 Januari 2023   03:23 Diperbarui: 12 Januari 2023   03:26 379
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Benarkah mak,"tanyaku bahagia.

Tentara bagian kesehatan langsung memanggil supir bagian ambulan dan membawanya ke rumahku. Pukul 2.00 wib malam suasana rumahku ramai oleh tentara bagian kesehatan, bamin, paraji dan anak-anakku yang terbangun karena berisik. Kusiapkan perlengkapan persalinan yang hendak aku bawa. Dan aku ijin untuk melaksanakan sholat tahajud sebelum waktunya tiba.

Aku tinggal di kesatriaan batalyon 303 Cikajang Garut,  jauh dari rumah sakit dan fasilitas kesehatan masih minim, sehingga kalau ada apa-apa yang urusannya dengan ibu hamil, maka bidan dan parajilah yang diturunkan. Dan jika kondisi tidak memungkinkan, baik ibu hamil maupun orang sakit akan di rujuk ke rumah sakit yang letaknya di kota garut. Sekitar 40-60 menit perjalanan.

Selesai Tahajud, Mak Yayah kembali mengecekku dan ternyata sudah pembukaan lima dan disarankan segera dibawa ke rumah sakit Talun/Kesrem Garut. Ambulanpun langsung dinyalakan dan kami berangkat ke garut, sementara anak-anak dititipkan ke tetangga. Inilah kehidupan kami di asrama tentara, walaupun kami tidak bersaudara, berbeda asal daerah akan tetapi rasa kebersamaan diantara kami sangat terjaga. Karena kami merasa satu rasa, sebagai istri dari anggota tentara yang siap ditinggal kemana saja dan kapan saja Negara membutuhkan menjaga negeri ini.

Sesampai di rumah sakit, aku langsung masuk ke ruang bersalin. Rasa mulas semakin sering dan luar biasa hingga aku beristigfar tak henti-hentinya. Setiap akan melahirkan, aku selalu berpesan kepada suamiku, agar bisa menjaga anak-anak jika terjadi sesuatu saat persalinanku. Melahirkan adalah fase yang sangat dinantikan. Namun fase ini memiliki resiko besar, mempertahankan hidup dan mati. Selalu ada ketakutan dalam  hatiku, jika kelak aku tiada bagaimana anak-anak dan suamiku, Itulah yang sering terbersit di benakku.

Adzan subuh berkumandang, suamiku ke masjid sebentar untuk melaksanakan sholat berjamaah. Dan saat dia pulang,  aku ijin untuk melaksanakan sholat subuh di samping tempat bersalin. Walaupun dokter dan suster bilang, takutnya sudah tidak kuat, akan tetapi aku memaksa. Aku sholat seperti biasa sambil menahan nyeri.

Alhamdulillah  selesai juga sholatku tanpa gangguan. Kehamilanku yang ketiga ini semuanya dimudahkan, akupun bisa melaksanakan puasa  sebulan penuh di bulan ramadhan tanpa ada yang dirasa. Dan Kehamilanku ini, adalah kehamilan yang ditemani suamiku dari sejak awal hamil hingga melahirkan.

Berbeda dengan anak-anakku yang dua sebelumnya, anakku yang pertama, saat aku hamil mulai 7 bulan, aku tinggal bersama ibuku di kampung yaitu   Manislor Jalaksana kuningan, hanya saat weekend saja suamiku  pulang. Namun saat hendak melahirkan dia cuti, sehingga kelahiranku yang pertama suamiku ada di sampingku. Anakku yang kedua, saat kehamilanku, suamiku sedang sekolah perwira, dan saat melahirkanpun dia tidak berada di sampingku.  Makanya anakku yang ketiga, rasanya istimewa sekali.

Seusai sholat subuh, tak berapa lama perutku kembali kontraksi luar biasa, hingga aku tak kuat menahannya. Pengalamanku melahirkan dua anak sebelumnya, memang tak pernah pecah air ketuban duluan. Begitupun dengan kehamilanku yang ketiga ini, tak ada pecah air ketuban. Saat di cek ternyata aku sudah pembukaan kesepuluh. Dan aku disuruh langsung naik ke tempat tidur, dokter dan susterpun mulai mempersiapkan persalinanku. Kulihat suamiku begitu cemas. Dia tidak berani menemaniku, begitulah dia. Takpernah tahan jika melihatku kesakitan. Kulihat dia menunggu di luar sambil berjalan mondar mandir. Padahal harapanku dia berada di sampingku. Namun apa daya, suamiku memang seperti itu, dia tidak tega melihatku dalam keadaan susah dan sakit.

Pukul 06.10 persalinanpun selesai, aku melahirkan normal. Badanku rasanya lemas sekali. Dalam keadaan antara sadar dan tidak, kutanya suamiku, "Dedenya mana Pah,"tanyaku lirih.

"Sebentar, lagi dibersihkan dulu, "jawab suamiku sambil membelai rambutku dan memegang tanganku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun