Cerpen "Guru yang Depresi Akibat Korona" karya Eka Rubaidah membuat pikiran saya agak termenung. Kayaknya tidak mungkin seorang guru sampai depresi karena korona? Kok bisa ya? Kenapa?
Cerpen tersebut merupakan salah satu judul yang terdapat pada buku 40 Wajak Korona, berupa kupulan cerpen dari 40 pengarang yang bergabung dengan sanggar Jendela Puspita.
Dari 40 judul cerpen hanya judul tersebut yang sedikit menggelitik perasaan saya. Tidak pernah sedikit pun membayangkan pada masa pendemi ini ada seorang guru depresi disebabkan pembelajaran daring (dalam jaringan). Maksudnya sesusah-susahnya kita sebagai guru mengajar secara daring apakah lewat Whatsapp Group (WAG) atau aplikasi lainnya, tidak pernah menyangka bakal ada yang berani menulis tentang depresinya guru karena pembelajaran daring.
Dalam ceritanya Eka Rubaidah menuturkan bagaimana semangatnya Bu Rini si tokoh dalam menyiapkan segala sesuatunya untuk kegiatan pembelajaran daring. Dari mulai mengikuti webinar pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan IT nya sebagai guru yang akan menghadapi anak didik lewat daring.Â
Webinar apa pun hampir tidak terlewatkan. Bahkan berani merogoh koceknya demi kelengkapan perangkat pembelajaran daring, seperti membeli kamera canggih, treepod, green screen, memasang wifi, dan perangkat lainnya. Semua itu demi pembelajaran yang maksimal karena si tokoh  ingin memberikan yang terbaik.
Dalam mempersiapkan kegiatan pembelajaran, si tokoh selalu sungguh-sungguh dengan menyiapkan power point dan video pembelajaran, LK sebagai feed back untuk pemahaman peserta didik.Â
Kemudian belajar menggunakan platform online lainnya seperti zoom meeting, breakout room, dan edpuzzle, mempelajari juga bagaimana menggunakan webex, membuat google classroom, membuat pembelajaran interaktif peer deck, membuat papan prestasi dengan padlet, membuat berbagai poster pembelajaran dengan aplikasi canva, belajar bagaimana mengoperasikan edsite, bahkan sampai membuat Quiziz.Â
Si tokoh rela walaupun istirahat hanya 2-4 jam. Nah, ternyata berbagai usaha dan kerja kerasnya Bu Rini mendapat apresiasi dari sekolah sebagai "Teachers of the month" Bu Rini sangat senang dedikasinya membuahkan hasil. Peserta didik juga senang dengan pembelajaran yang interaktif dan kreatif.
Tapi lama kelamaan penghargaan yang didapat terasa membebani. Si tokoh hingga membuat dia sikap dan tingkahnya berubah dalam kesehariannya. Selalu berusaha meng-upgrade pengetahuan dan skill-nya dalam pembelajaran. Waktu kerjanya menjadi berlipat, dari sebelum dengan sesudah adanya pandemi. Hal ini membuat syaraf leher si tokoh menjadi kaku, hingga tampak kesakitan kalau harus menengok ke kanan atau ke kiri.Â
Kejadian ini rupanya semakin meningkat ketika si tokoh  terkendala perangkat pembelajaran yang kurang support terhadap kebutuhan dalam pembelajarannya. Maka reaksi si tokoh menjadi sangat kecewa  dengan keadaan ini, padahal si tokoh sudah mempersiapkan semuanya untuk anak-anak dengan lebih baik. Hal seperti ini menurut saya, semuanya syah dan masih logis, tidak ada keanehan.
Sampai tahap ini, tidak terdapat kejanggalan, karena itu memang standar yang ingin dicapai oleh setiap guru ketika melakukan pembelajaran secara daring. Terus apa yang memicu si tokoh ini sampai depresi?