Mohon tunggu...
Lilis Edah Jubaedah
Lilis Edah Jubaedah Mohon Tunggu... Guru - Guru di SMPN 1 Cilegon

Saya Lilis Edah Jubaedah, Lahir di Purwakarta, 26 Agustus 1965. Pekerjaan saya Guru di SMPN 1 Cilegon. Hobby saya menulis, walapun belum mahir. Konten yang saya sering tulis apa saja yang berhubungan dengan rasa kekhawatiran diri terhadap lingkungan sekitar. Jenis tulisannya ada puisi, cerpen, opini, esai, atau apa saja yg menurut saya cocok dengan kontennya. Tapi hanya sekadar menulis saja.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ulasan Cerpen, Guru Depresi Akibat Korona?

13 Februari 2023   06:00 Diperbarui: 13 Februari 2023   06:15 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Cerpen "Guru yang Depresi Akibat Korona" karya Eka Rubaidah membuat pikiran saya agak termenung. Kayaknya tidak mungkin seorang guru sampai depresi karena korona? Kok bisa ya? Kenapa?

Cerpen tersebut merupakan salah satu judul yang terdapat pada buku 40 Wajak Korona, berupa kupulan cerpen dari 40 pengarang yang bergabung dengan sanggar Jendela Puspita.

Dari 40 judul cerpen hanya judul tersebut yang sedikit menggelitik perasaan saya. Tidak pernah sedikit pun membayangkan pada masa pendemi ini ada seorang guru depresi disebabkan pembelajaran daring (dalam jaringan). Maksudnya sesusah-susahnya kita sebagai guru mengajar secara daring apakah lewat Whatsapp Group (WAG) atau aplikasi lainnya, tidak pernah menyangka bakal ada yang berani menulis tentang depresinya guru karena pembelajaran daring.

Dalam ceritanya Eka Rubaidah menuturkan bagaimana semangatnya Bu Rini si tokoh dalam menyiapkan segala sesuatunya untuk kegiatan pembelajaran daring. Dari mulai mengikuti webinar pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan IT nya sebagai guru yang akan menghadapi anak didik lewat daring. 

Webinar apa pun hampir tidak terlewatkan. Bahkan berani merogoh koceknya demi kelengkapan perangkat pembelajaran daring, seperti membeli kamera canggih, treepod, green screen, memasang wifi, dan perangkat lainnya. Semua itu demi pembelajaran yang maksimal karena si tokoh  ingin memberikan yang terbaik.

Dalam mempersiapkan kegiatan pembelajaran, si tokoh selalu sungguh-sungguh dengan menyiapkan power point dan video pembelajaran, LK sebagai feed back untuk pemahaman peserta didik. 

Kemudian belajar menggunakan platform online lainnya seperti zoom meeting, breakout room, dan edpuzzle, mempelajari juga bagaimana menggunakan webex, membuat google classroom, membuat pembelajaran interaktif peer deck, membuat papan prestasi dengan padlet, membuat berbagai poster pembelajaran dengan aplikasi canva, belajar bagaimana mengoperasikan edsite, bahkan sampai membuat Quiziz. 

Si tokoh rela walaupun istirahat hanya 2-4 jam. Nah, ternyata berbagai usaha dan kerja kerasnya Bu Rini mendapat apresiasi dari sekolah sebagai "Teachers of the month" Bu Rini sangat senang dedikasinya membuahkan hasil. Peserta didik juga senang dengan pembelajaran yang interaktif dan kreatif.

Tapi lama kelamaan penghargaan yang didapat terasa membebani. Si tokoh hingga membuat dia sikap dan tingkahnya berubah dalam kesehariannya. Selalu berusaha meng-upgrade pengetahuan dan skill-nya dalam pembelajaran. Waktu kerjanya menjadi berlipat, dari sebelum dengan sesudah adanya pandemi. Hal ini membuat syaraf leher si tokoh menjadi kaku, hingga tampak kesakitan kalau harus menengok ke kanan atau ke kiri. 

Kejadian ini rupanya semakin meningkat ketika si tokoh  terkendala perangkat pembelajaran yang kurang support terhadap kebutuhan dalam pembelajarannya. Maka reaksi si tokoh menjadi sangat kecewa  dengan keadaan ini, padahal si tokoh sudah mempersiapkan semuanya untuk anak-anak dengan lebih baik. Hal seperti ini menurut saya, semuanya syah dan masih logis, tidak ada keanehan.

Sampai tahap ini, tidak terdapat kejanggalan, karena itu memang standar yang ingin dicapai oleh setiap guru ketika melakukan pembelajaran secara daring. Terus apa yang memicu si tokoh ini sampai depresi?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun