Mohon tunggu...
liliputbuntek
liliputbuntek Mohon Tunggu...

Soul searching..

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Review: Mononoke (Anime)

19 Oktober 2015   14:59 Diperbarui: 19 Oktober 2015   17:27 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apa sebetulnya definisi cerita horror? Hantu? Darah? Malam? Yang kita tahu kalau ada cerita horror itu selalu merujuk pada cerita hantu yang settingnya di rumah tua atau hutan dalam suasana yang gelap. Sampai saat ini, cerita horror selalu merujuk kepada cerita hantu.

Tapi Mononoke beda.

 [caption caption="sumber gambar: otakujournalist.com"][/caption]

Mononoke, yang diprodukasi oleh Toei mengusung rasa horor yang berbeda. Terbiasa dengan anime yang warnanya semakin real, menonton Mononoke mengejutkan saya. Rasanya begitu berbeda. Gaya gambarnya mirip dengan gaya gambar ukiyou-e yang popular di Jepang pada tahun 1600-an dengan perbedaan di pewarnaan. Mononoke memakai warna yang mencolok,, penuh dengan detail dan seakan-akan tidak memperdulikan warna bayangan. Semua warnanya konkrit, bicara dalam bahasa mereka sendiri. Semuanya solid dan menambah kesan surreal anime ini. Hujan dan salju tidak turun dalam butiran. Tapi mereka bermanifestasi menjadi bunga, menjadi kristal, bahkan kadang bergerak seperti angin.

Gaya penceritaannya juga lain. Jika anime biasanya memakai penceritaan dengan alur yang berkesinambungan selayaknya sebuah melodi, mononoke bisa memutus sebuah dialog dalam satu frame. Staccato. Dan kekosongan ini bisa tidak diisi apa-apa, alias seringkali saya mengira komputer saya nge-hang, terputus akibat jeda yang sangat lama.

Tokoh utama dalam kisah ini adlaah seorang Tukang Obat tanpa nama yang punya hobi memburu hantu. Senjatanya ada 3, kertas segel, barisan timbangan kecil dengan 2 buah bel di bagian kanan dan kirinya, dan sebuah pedang pendek. Kertas segel ini akan berwarna merah bila ada hantu. Timbangan-timbangan yang bentuknya indah itu akan menunjukkan dari arah mana hantu akan muncul. Dan pedang pendek itu akan berubah mejadi besar apabila Wujud, Asal, dan Alasan(Penyesalan) kemunculan hantu itu diketahui.

Ceritanya berputar di perjalanan si Tukang Obat. Dia mendatangi tempat-tempat berhantu dengan tujuan memusnahkan hantu-hantu itu. Dari cerita ini kita menyadari bahwa hantu bisa muncul dari tempat tertentu, atau manusia tertentu.

Jangan tertipu dengan penggambaran yang cerah dan penuh warna. Menonton Mononoke sering membuat saya ketakutan sendiri. Tidak ada penggambaran darah mengalir di anime ini (adapun, itu tergambar dengan abstrak). Atau sosok hitam melayang dnegan rambut terurai. Tidak. Tapi membayangkan betapa horornya bila seorang gadis dimasukkan ke dalam sebuah peti kayu lalu dilemparkan hidup-hidup ke lautan itu sungguh menakutkan (episode 3).

Dan yang lebih menakutkan adalah prasangka manusia.

Menonton Mononoke itu cuma satu tidak enaknya. Cuma 12 episode. Dan lagi setan-setan yang terkenal tidak muncul di sini (seperti wanita salju, tengu, atau wanita pemecah piring). Lainnya lagi, kadang saya harus menonton sebuah episode berulang-ulang untuk menangkap cerita dengan lebih jelas lagi (episode 6).

Menonton Mononoke sama dengan menonton drama. Dialognya agak kaku dan berdengar naratif. Tapi saya tidak bosan, karena saya ingin tahu setan apa, dan bagaimana setan itu bisa menghantui seorang perempuan cantik yang dipinang oleh 4 lelaki (episode 8).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun