Mohon tunggu...
Lilik Ummu Aulia
Lilik Ummu Aulia Mohon Tunggu... Lainnya - Creative Mommy

Learning by Writing

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Nostalgia Berlomba dengan Si Mbah di Usianya yang Sudah Senja

19 April 2021   05:46 Diperbarui: 19 April 2021   06:04 464
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Setiap orang memiliki sebuah kenangan dalam setiap lembaran kehidupannya. Ada kenangan yang ingin dilupakan. Ada juga kenangan yang seringkali diputar untuk diambil hikmah dan pelajaran. Apalagi, kenangan yang sangat berkesan dengan orang-orang tersayang.

Menghabiskan Ramadan di rumah Si Mbah, seakan menjadi tradisi yang tidak boleh untuk dilewatkan. Apalagi dulu, ada kebijakan libur selama Ramadan di tambah libur lebaran. Tidak lengkap rasanya, jika tidak menghabiskan Ramadan di rumah Si Mbah.

Suasana pedesaan yang asri, jauh dari polusi. Pepohonan pun masih sangat bersahabat dengan masyarakatnya. Ditambah suasana malam hari yang sangat sepi, membuat kenangan tersendiri di dalam benak ini.

Masa kecil adalah masa belajar yang istimewa. Anak kecil ibarat kertas yang putih dan suci. Lukisan yang tergambar dalam benak dan pikiran seorang anak, tergantung mahakarya apa yang diciptakan oleh kedua orangtuanya atau orang-orang didekatnya.

Begitu pun Si Mbah, sering menyampaikan petuah-petuah yang bijaksana. Meskipun belum mengerti maksud nasehatnya, namun cucu kecil ini begitu senang mendengarnya.

Terkadang, beliau mengajarkan bacaan niat sholat lima waktu. Terkadang, beliau hanya mendengarkan cucu kecilnya bercerita tentang planet-planet di alam semesta. Terkadang juga, beliau meletakkan jarinya di kepala sambil berkata, "nduk, yang ini tidak boleh dilakukan, jangan diulangi lagi ya".

Beragam cara orang tua mengekspresikan rasa kasih sayangnya kepada anak-anaknya. Mungkin, begitulah Si Mbah menunjukkan rasa kasihnya kepada cucu pertamanya.

Ketika hilal Ramadan sudah menampakkan wujudnya, pertanda dimulainya ibadah puasa bagi muslim yang beriman. Si Mbah pun bergelut dengan berbagai amalan untuk maraih pahala dan ampunan di bulan Ramadan.

Pandangannya yang sudah mulai rabun, tidak menghalangi Si Mbah untuk membaca kalam Allah ketika malam menjelang. Dibukanya lembaran demi lembaran, satu per satu ayat-ayat Al-Quran pun dilantunkan.

Cucu pertama yang juga sudah mampu membaca Al-Quran ini pun, akhirnya menantang si Mbah untuk berlomba. "Ayo mbah, berlomba. Siapa yang mampu membaca lebih banyak juz Al-Quran dalam Ramadan ini, maka menjadi pemenangnya" . Sambil meringis dan tertawa kecil, Si Mbah pun menerima tantangan si kecil.

Tak ada hadiah yang diminta. Tak ada juga reward bagi pemenangnya. Hanya saja, si cucu kecil ini bisa mendapatkan segenggam rasa gembira bisa berlomba dengan Si Mbah yang usinya sudah senja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun