Mohon tunggu...
lilik krismantoro
lilik krismantoro Mohon Tunggu... -

rindu semua persahabatan yang mengabdi pada kemanusiaan, dan memperjuangkan martabat kehidupan !

Selanjutnya

Tutup

Politik

Melampaui Bela Negara: Jalan Lain Nation Building

16 Oktober 2015   12:09 Diperbarui: 16 Oktober 2015   13:15 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kalau tujuan bela negara melalui pelatihan fisik di samping menyalakan kembali narasi kebangsaan adalah memberi kelincahan psikomotorik, ia tak cukup semata-mata membangun kesamaptaan, ia juga harus menyemaikan dua hal yang lain : solidaritas kemanusiaan dan kesiapsiagaan/kesigapan berpikir.

Dalam konteks ketahanan nasional penulis bahkan bisa mengamini wajib militer seperti di Korea Selatan, Singapura, atau Israel. Tetapi bagaimanapun juga ia harus dikelola secara pedagogis, bukan doktriner. Pedagogi mengembangkan manusia, menumbuhkan kemanusiaan, dan alat-alat berpikirnya; sebaliknya doktrin menekan sisi manusia dan menyederhanakan dengan represinya. Bela negara, yang jauh lebih ringan daripada wajib militer, harus dilihat dalam kacamata kekuatan kebudayaan. Ketahanan nasional harus diletakkan di tingkat peradaban.

Perlu juga diingat di negara-negara tersebut rekayasa psikomotorik diimbangi dengan kualitas pendidikan (yakni pembentukan warganegara sebagai subyek politik dan kultural) yang sangat baik, serta kualitas pemerintahan dan pejabat publik yang partisipatif dan sepenuhnya melayani warganya (dan dengan demikian meminimalisir abuse of power). Bahkan sangat kuatnya politik kewargaan yang mandiri dan berani di sebuah negara yang military-heavy seperti Israel, telah melahirkan kemampuan kewirausahaan (yakni start up di ranah teknologi tinggi) yang sangat berbeda antara negara tersebut dengan Singapura dan Korea Selatan. Tradisi cutzpah, yang menekankan keberanian kritis dan iklim kesetaraan di semua sektor kehidupan (bahkan di dalam lingkungan militer yang di negara lain umumnya sangat hirarkhis) berakar sangat mendalam.

Negara sekecil Israel mencatatkan jumlah perusahaan di NASDAQ lebih besar dari gabungan seluruh Eropa,  terbanyak ketiga setelah AS dan China. Narasi menjadi kuat ketika ia ditopang oleh kebebasan dan kemandirian berpikir. Membangun kultur kritis sama pentingnya dengan pembangunan narasi kebangsaan bagi kepentingan ketahanan nasional. Narasi kebangsaan membangun satu ruang imajiner, “kekitaan”, sementara kultur kritis melengkapinya dengan mesin untuk kedewasaan hidup bersama sebagai satu bangsa (adab), dan lebih jauh lagi, menghadirkan kultur intelektual sebagai mesin keadaban, pencapaian teknis, ekonomi, politik, dan kultural sebuah bangsa.

 Jalan Ki Hajar, jalan Syahrir

Subyek yang kuat adalah kunci dari bangsa yang kuat. Dan penguatan subyek mensyaratkan kesadaran dan kematangan kultural  yang tinggi.

Ada banyak bentuk nation building pasca hegemoni paradigma militeristik, mengulang dan menggarisbawahi peran kesenian dalam perjuangan sebuah bangsa, pendekatan artistik selalu bisa menggerakkan jiwa, sama hebatnya dengan sistem doktriner yang dikembangkan dalam pendekatan militeristik. Dan pesan-pesan artistik itu selalu menggema mulai dari lagu Indonesia Raya WR Supratman hingga poster-poster PERSAGI, mulai dari film Nagabonar hingga lagu Kebyar-kebyar Gombloh, mulai dari Anak Seribu Pulau Garin Nugroho hingga lagu Bendera Coklat. Dalam masa kampanye kepresidenan yang lalu kita juga dibanjiri interpretasi yang sangat kaya dan cerdas tentang keindonesiaan. Interpretasi yang sangat kaya dan cerdas tentang keindonesiaan, menandakan sebuah spirit kebangsaan yang sehat, lepas dari adanya sekelompok kecil anak bangsa yang lupa pada akar dan keadaban hidup bersama.

Barangkali, berhadapan dengan fenomena ini, demi cita-cita negara kuat (dan bangsa yang kuat), bangunan penegakan hukum yang sehat dan fair lebih dibutuhkan. Plus kepemimpinan nasional yang punya sikap, berkarakter, dan berani bertindak hingga mampu memberi keterarahan moral dan keutuhan role model anak bangsa yang berintegritas. Kunci negara kuat terletak pada kepastian dan konsistensi hukumnya. Kunci negara kuat terletak pada harga diri, keterarahan, dan solidaritas etis hidup bersama. Kunci negara kuat adalah teladan tindakannya.

Keragaman menyeruak dalam arus budaya baru, masa depan membutuhkan respon yang lebih kaya untuk menafsirkan bela negara. Kekayaan tafsir itu lebih dibutuhkan, untuk merespon tantangan kekinian dan masa depan yang terentang sangat lebar itu, untuk merajut bentuk-bentuk ketahanan nasional baru. Dibutuhkan kecerdasan-kecerdasan baru, di tengah dentuman ekonomi berbasis IT, pluralisasi narasi dan realitas, berseminya alat-alat sosial dan teknis baru, dan migrasi memasuki bentang peradaban baru. Dibutuhkan pribadi-pribadi nasionalis yang unik, cerdas, dan kongkrit untuk bisa merespon arus yang tak mungkin ditunda itu.

Di sinilah kita diundang kembali ke jalan ki Hajar Dewantoro, jalan Sutan Syahrir : membesarkan bangsa dengan cara pedagogis. Itulah jalan yang ditempuh oleh Finlandia sejak tahun 1970an. Bangsa yang dibesarkan dan dididik dalam sistem pendidikan yang memerdekakan kodrat dan hakekat kemanusiaannya dengan sendirinya akan memiliki produktivitas dan heroismenya sendiri.

Kita membutuhkan lebih banyak anak bangsa yang berani gelisah atas dunia sekitarnya. Di situlah lokus historis dari intelektual organik. Dan intelektual organik adalah ibarat kecambah yang mengubah dunia sekitarnya. Demikianlah negeri ini ditopang tidak hanya oleh satuan-satuan tempur yang paling maju, tetapi oleh pribadi-pribadi warganegara yang kuat dan kontributif. Setiap orang adalah agen dari bangsanya, kemajuan bangsanya. Keindonesiaan digerakkan oleh perenang perintis yang solider, mandiri, dan kreatif di deras arus teknologi informasi, di dalam peziarahan panjang menuju digital civilization.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun