ilustrasi: pexelscom\markus spiske
Siapa yang kini tak mengenal Achmad Yurianto? Sosok yang satu ini setiap hari nongol di televisi. Dan hampir semua media dengan berbagai platform-nya selalu menantikan kehadirannya.
Kalimat-kalimat yang meluncur dari bibirnya segera di-copy dan disebarkan dengan berbagai cara. Pun angka-angka yang diucapkannya seringkali mendebarkan hati siapa pun yang mendengarnya.
Dari sederetan bilangan yang diucapkan, orang bisa mendadak merasa sangat tidak nyaman. Dan dari sumber data yang sama, banyak ahli statistik bergegas mengutak-atik dan membabar ulasan-ulasan bernada analitik. Maka, angka-angka berubah menjadi berbagai bentuk cerita.
Angka-angka Bicara
Grafik di atas ini seakan-akan memberitahu kita agar waspada. Kurva yang awalnya datar sempat membikin kita tak sadar. Ketika beberapa negara mulai mengungkap penduduknya yang terjangkit covid-19, di negeri kita belum banyak orang merasa cemas. Datarnya kurva ini sempat diragukan oleh berbagai pihak termasuk institusi dunia yang mengurusi masalah kesehatan.
Sampai dengan awal bulan lalu, kita belum merasa terganggu. Anak-anak sekolah masih menenteng tas menghambur memasuki kelas. Dengan sikap santai banyak pegawai menuju kantor sambil memelototi gawai. Para pengusaha terus berlomba mengejar bisnis, sedangkan emak-emak sesekali bergosip sembari memilah-milah tomat dan buncis.
Setelah pemerintah tersadar, ternyata angka-angka telah membesar dan bergerak naik nyaris tak terkejar. Sulit dipercaya ketika kita melihat kurva yang menjulang masih banyak orang berkelakar dengan riang. Tengoklah ujung garis yang melengkung seperti hendak menjangkau awan yang menyimpan mendung.
Kita beralih menatap pemandangan yang kedua. Garis yang naik turun menggambarkan tambahan warga kita yang dinyatakan positif terjangkit Corona. Berdasarkan data harian yang bisa kita telisik, jumlah penduduk yang terjangkit Covid-19 bisa turun bisa pula naik.