Seandainya kita masih harus menggambar cerita dengan batu runcing di dinding gua, apakah semua kita bisa tabah menjalani kerasnya cara manusia purba menyampaikan kisah mereka?
Bila kita hidup di zaman batu dan harus memahat tulisan kita pada bongkahannya, akankah kita berlapang dada mencukil sedikit demi sedikit batu cadas untuk menghasilkan sebuah karya?
Jika kita sebagaimana orang-orang suku Indian menyampaikan berita, bagaimana kita mengabadikan kode asap yang dalam sedetik menghilang ditelan angkasa?
Seumpama kita masih menatah huruf-huruf di atas daun lontar, sabarkah kita menekuri proses perendaman dan pengeringan lembaran daun siwalan hingga siap menampung buah pikiran kita?
Andai saja kita masih menulis mengikuti cara para raja, secermat apa kita akan memilih kata dan memoleskannya pada kulit-kulit binatang karena tak mudah mengelap tinta?
Sedangkan kita menjalani kehidupan ketika berbagai kemudahan mengitari kita, sehingga mudah saja kita mencorat-coret sketsa dan menghapusnya bila tak memenuhi selera.
Lalu di saat semua sarana tersedia di hadapan kita, alasan apa lagi yang masih menelikung pikiran kita untuk berkreasi dan mencipta?