Mohon tunggu...
Liliek Purwanto
Liliek Purwanto Mohon Tunggu... Penulis - penulis

-

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Seorang Ayah yang Menundukkan Egonya

3 Desember 2018   08:33 Diperbarui: 3 Desember 2018   08:36 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seorang ayah telah menyingkirkan egonya. Di depan anaknya, ia lebih mengedepankan teladan yang baik ketimbang memaksakan kekuasaannya. Itulah pengorbanan yang dilakukannya. Dan pengorbanan itu tidak sia-sia.

Kira-kira begitulah inti hikmah dari sepenggal kisah masa kecil Arun Gandhi, cucu Mahatma Gandhi, sang pejuang anti kekerasan dari India. Ibarat buah yang jatuh tak jauh dari pohonnya, Dr. Arun Gandhi mewarisi semangat perjuangan tanpa kekerasan yang diturunkan kakeknya.

Kisah Arun Gandhi ini telah diceritakan kembali oleh Ayah Edy, seorang konsultan Parenting dan penggagas 'Indonesian Strong from Home', dalam sebuah bukunya yang berjudul "I Love U, Ayah Bunda". Baiklah saya akan ceritakan secara ringkas kisah bapak dan anak yang luar biasa ini.

Cerita yang dilakoni Arun Gandhi ini terjadi saat ia berusia 16 tahun dan tinggal bersama kedua orang tuanya yang sedang bertugas di Afrika Selatan. 

Ayah Arun bekerja di sebuah lembaga yang didirikan Mahatma Gandhi. Saat itu keluarga Gandhi bermukim di sekitar perkebunan tebu sekira 18 mil dari Durban, kota terdekat. Rumah yang mereka tinggali amat terpencil nyaris tak punya tetangga. Maka, setiap kesempatan berkunjung ke kota adalah kegembiraan besar bagi Arun.

Suatu ketika, ayah Arun hendak menghadiri konferensi di kota dan mengajak Arun untuk menemaninya. Tentu saja Arun menyambutnya dengan sangat gembira.

Kesempatan langka ini pun dimanfaatkan ibunya yang segera menitipkan daftar belanjaan yang panjang kepada anaknya, ditambah beberapa keperluan lainnya. Demikian pula ayahnya, sembari menunggunya menjalani konferensi, dimintanya anaknya memperbaiki mobil mereka di bengkel yang hanya ada di kota.

Sesampainya di kota, mereka mengambil kesepakatan untuk bertemu di lokasi konferensi pada jam lima sore harinya. Arun bergegas menunaikan satu per satu amanah ibunya. Setelah menuntaskan seluruh pesanan sang ibu, ia menuju bengkel untuk memperbaiki mobil sesuai permintaan ayahnya.

Sembari memanfaatkan waktu luang hingga selesainya perbaikan mobil, Arun memutuskan untuk pergi ke bioskop menonton sebuah film. Karena keasyikan menonton, Arun sampai lupa waktu. 

Begitu tersadar, ternyata hari sudah sangat sore. Saat itu pukul 17.30, lewat setengah jam dari janji menjemput ayahnya. Ia pun bergerak cepat menyelesaikan urusan di bengkel dan tergopoh-gopoh menuju tempat konferensi. Ia bertemu kembali dengan sang ayah menjelang pukul 18.00.

Arun merasa bersalah dan sangat malu menyampaikan hal yang sebenarnya dilakukannya ketika sang ayah menanyakannya. Dengan perasaan ragu, ia menjawab pertanyaan ayahnya dengan sebuah kebohongan, "Maaf Ayah, tadi mobilnya belum selesai diperbaiki sehingga saya harus menunggunya."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun