Mohon tunggu...
Liliek Purwanto
Liliek Purwanto Mohon Tunggu... Penulis - penulis

-

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

"Dosa" Kalimat Pasif

12 Mei 2018   09:15 Diperbarui: 12 Mei 2018   09:44 336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apa yang Anda rasakan bila suatu saat Anda mencapai suatu keberhasilan? Tentu perasaan-perasaan senang dan bangga akan segera menghinggapi hati Anda. Tapi bagaimana bila keberhasilan Anda justru diikuti ketidaknyamanan dan bahkan kehilangan  kebebasan? Barangkali perasaan-perasaan marah, benci, dendam atau yang semacam itu yang akan berkecamuk di hati Anda.

Sekarang kita cermati kalimat berikut ini. "Perampok itu berhasil ditangkap polisi dan ditahan di kantor Polsek setempat."

Apakah Anda masih marah atau dendam? Mungkin tidak. Karena yang berhasil adalah perampok dan ia mendapatkan ketidaknyamanan dan kehilangan kebebasan. Hukuman yang setimpal.

Tapi menurut Anda, sebenarnya siapa yang mencapai keberhasilan? Saya yakin siapa pun yang menuliskan kalimat semacam itu tak kan menjawab "perampok". Lho, bukankah "Perampok itu berhasil ...?"

Itulah "dosa" kalimat pasif. Kadang-kadang ia menyesatkan pembaca atau pendengar. Ia menjadi penyebab kita salah tafsir atas kalimat yang dilontarkan penulis atau pembicara.

Mengubah kalimat tersebut menjadi kalimat aktif merupakan salah satu cara kita kembali ke jalan yang benar. "Polisi berhasil menangkap perampok itu dan menahannya di kantor Polsek setempat."

Sudah jelas kan siapa yang berhasil dan berhak menerima ucapan selamat? Mendengar berita itu, Anda tentu tak akan menyematkan medali kepada perampok.

Namun adakalanya kita  hendak menekankan pada peran sang perampok. Barangkali si perampok sedang menjadi topik pembicaraan.

Agar si perampok tetap memperoleh porsi yang kita inginkan, kita bisa menggunakan kalimat majemuk. "Perampok itu telah berusaha lari sekuat tenaga, namun polisi berhasil menangkap dan menahannya di kantor Polsek setempat."

Dua tujuan terpenuhi. Perampok tetap menjadi pelakon utama dan sang polisi hanya sebagai figuran. Kita pun tidak salah mengacungkan jempol kepada polisi sebagai pihak yang mencapai keberhasilan. Untuk memperoleh dua tujuan itu, kita hanya perlu tambahan riset untuk mengetahui perampok itu telah berusaha lari sekuat tenaga (atau upaya lain seperti bersembunyi). Untuk mencapai tujuan yang baik memang diperlukan upaya bukan?

Memang kalimatnya menjadi lebih panjang. Tapi saya kira kita lebih bisa menerima kalimat agak panjang yang tepat sasaran daripada kita tersesat dan salah menafsirkan kalimat.

Atau jangan-jangan kita lebih suka mengalungkan medali kepada perampok?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun