Mohon tunggu...
Lilian Kiki Triwulan
Lilian Kiki Triwulan Mohon Tunggu... Penulis - Always be happy

La vie est une aventure

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Dalang Jemblung, Teater Tradisional yang Perlu Regenerasi

25 Mei 2022   10:57 Diperbarui: 26 Mei 2022   16:06 1460
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pentas Dalang Jemblung oleh Katasapa Purbalingga/Foto: Katasapa Purbalingga

Dalang Jemblung, namanya sedikit asing dan ternyata memang kesenian yang sudah semakin tergerus oleh perkembangan zaman. Pantaslah beberapa orang kurang paham apa itu Dalang Jemblung seperti saya sendiri yang baru pertama kali mengetahuinya.

Rasa penasaran itu terjawab, ketika Komunitas Teater dan Sastra Perwira (Katasapa) Purbalingga berhasil mendapatkan kesempatan dari Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) DI Yogyakarta. Program yang diusulkan Katasapa Purbalingga berhasil masuk 30 proposal terpilih dari 122 proposal yang masuk.

Program yang diajukan yakni Workshop Teater Tradisional Dalang Jemblung dengan narasumber Ki Kusno, seorang dalang sekaligus pendidik dari Kabupaten Purbalingga. 

Acara workshop berlangsung 21 - 22 Mei 2022 bertempat di Umah Wayang Kemukusan, Desa Selakambang, Kecamatan Kaligondang. Ada 20 orang yang mengikuti kegiatan workshop ini dengan berbagai profesi dan latar belakang. 

Panitia Workshop Dalang Jemblung berfoto bersama narasumber/Foto: Katasapa Purbalingga
Panitia Workshop Dalang Jemblung berfoto bersama narasumber/Foto: Katasapa Purbalingga

Workshopnya menyenangkan, banyak materi baru yang saya dapatkan, terlebih ketika sudah mulai praktiknya. Dalang Jemblung ini tidak sendiri tapi lebih dari satu orang. 

Jumlah pemainnya disesuaikan dengan naskah yang akan dipentaskan. Yang membuat berbeda dari dalang pada umumnya, Dalang Jemblung tidak menggunakan wayang, peraganya hanya menggunakan sajian yang ada dihadapannya.

Tak hanya itu, iringan musiknya tanpa menggunakan alat musik gamelan atau hanya menggunakan siter. Iringan musik berasal dari suara vokal para pemainnya atau serupa dengan acapella. Suara vokalnya meniru alat musik gamelan atau pengrawit yang biasa digunakan sebagai iringan. Ada yang menirukan suara kendhang, kethuk, gong, bonang dan yang lain.

Dalangnya menarasikan tentang cerita yang akan disampaikan sesekali diiringi dengan nyanyian atau tembang macapat bersamaan dengan sinden. Pemain yang lainnya duduk setengah lingkaran atau melingkar, blockingnya menyesuaikan dengan pementasan. Tidak jauh berbeda sebetulnya ketika bermain teater.

Foto bersama Katasapa Purbalingga, narasumber dan peserta Workshop Dalang Jemblung/Foto: Katasapa Purbalingga
Foto bersama Katasapa Purbalingga, narasumber dan peserta Workshop Dalang Jemblung/Foto: Katasapa Purbalingga

Lebih menariknya lagi di tengah-tengah para pemain ada sajian semacam tumpeng yang isinya kuraban (serundeng, kecambah, jeroan) sebagai lambang kekhusyuan. 

Kemudian ada pachetan yang terdiri dari ketan, jenang, wajik, opak, ampyang sebagai lambang sebutan. Lalu ada pisang sebagai lambang secepatnya, air putih sebagai lambang hati yang jernih dan dawegan atau kelapa hijau sebagai lambang rasa syukur.

Sajiannya ini bukan untuk sesajen atau hiasan semata tapi bisa dinikmati oleh para pemainnya. Kalau pemain merasa haus dan ingin minum bisa langsung meminumnya saat pementasan berlangsung.

Pentas Dalang Jemblung/Foto: Katasapa Purbalingga
Pentas Dalang Jemblung/Foto: Katasapa Purbalingga

Ini menjadi pengalaman yang luar biasa biasa belajar sekaligus mempraktikan Dalang Jemblung dengan cerita "Kumbo Karno Nyuwarga" dan "Umar Maya Kembar Lima". Dalang Jemblung ini memang butuh regenerasi terutama mereka generasi muda agar tetap lestari dan tidak punah termakan waktu. Salam Budaya!!! (Lilian Kiki Triwulan)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun