BPOM Indonesia dalam Peraturan Nomor 20 Tahun 2019 tentang Kemasan Pangan menyebutkan, batas maksimal migrasi BPA adalah 0,6 bagian per juta dari kemasan berbahan polikarbonat.
Sejauh ini, BPA dianggap penyebab masalah reproduksi, kekebalan, dan neurologis. Tetapi tingkat dan dampak paparan BPA berbeda-beda di tiap negara. Dan polemik ini masih diperdebatkan hingga saat ini.
Bagaimana Menyikapi Isu BPA ini?
Tubuh manusia adalah tempat terjadinya reaksi kimia. Oleh karena itu, semua bahan kimia (makanan, minuman, dan obat-obatan) yang kita masukkan ke dalam tubuh akan bereaksi. Dan hasil reaksi akan mempengaruhi kesehatan.
Bukan hanya BPA yang dapat menyebabkan suatu penyakit. Semua semua bahan kimia (makanan, minuman, dan obat-obatan) yang kita konsumsi berpotensi menjadi racun.Â
Bahkan, di tangan seorang ahli kimia, sebutir telur dapat menjadi senjata untuk membunuh.
Untuk mengantisipasi BPA yang masih simpang siur ini, yang perlu kita lakukan adalah:
1) Ketahui jenis resin kemasan plastik yang kita gunakan.
Ambil produk plastik terdekat Anda. Misalnya, kotak makan, botol air, atau galon air. Cermatilah, dan Anda mungkin menemukan tanda segitiga dengan nomor di dalamnya, pada bagian belakang atau bawah barang tersebut.
